REFLEKSI MEMAHAMI dan MENYELASAIKAN MASALAH
Oleh
Sigit
Surahman, S.Sn
MASALAH
¨ Menurut batasan umum, yang disebut
“masalah” adalah kesenjangan antara “yang seharusnya terjadi” (das Sollen)
dengan “yang senyatanya terjadi” (das Sein).
¨ Suatu masalah telah dipecahkan atau
diselesaikan kalau kesenjangan tersebut dapat diatasi atau setidak-tidaknya
didekatkan, dijembatani.
MASALAH ITU
ADALAH HAL YANG MANUSIAWI
¨ Sepanjang hidup manusia akan berhadapan
dengan masalah, tak seorang pun dapat menghindarinya. Karena sering dalam kehidupan manusia
terjadi ketidaksesuaian antara yang diinginkan, dicita-citakan dengan yang
diperolehnya.
¨ Terjadinya masalah juga ditimbulkan
oleh perkembangan kebutuhan manusia yang pada saat itu belum dapat terpenuhi
dengan kondisi yang ada. Sehingga diperlukan upaya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dengan cara memperbaiki kondisi melalui ilmu pengetahuan maupun
cara-cara lain.
MASALAH BERSIFAT
UNIVERSAL
¨ “Masalah” bisa bersifat umum-universal, dalam arti dihayati dan disadari oleh setiap
orang yang tinggal di belahan bumi mana pun, dalam kurun waktu kapan pun, atau
dalam posisi apa pun.
¨ Terutama kalau masalah tersebut
menyangkut prinsip-prinsip kemanusiaan yang bersifat universal seperti: cinta
kasih, keadilan, hak asasi manusia, perdamaian, dan lain-lain.
MASALAH
BERSIFAT INDIVIDUAL
¨ Masalah bersifat individual, dalam arti bagi
seseorang merupakan masalah tetapi bagi orang yang lain bukan, atau bagi si A
merupakan masalah “besar” bagi si B merupakan masalah “kecil”.
¨ Tergantung pada bobot masalah dan juga tergantung pada
mentalitas seseorang menghadapi masalah tersebut.
Dalam istilah jawa ”menungso
mung iso wang sinawang” yang artinya ”manusia hanya bisa saling melihat
saja”
PERBEDAAN KEPENTINGAN
¨ Yang
serius adalah ketika masalah yang seharusnya bersifat universal menjadi
bersifat individual, karena terjadi perbedaan persepsi dan perbedaan
kepentingan. Seperti ketika terjadi pelanggaran hak asasi manusia, manusia yang
diperlakukan tidak adil akan merasa itu sebagai masalah yang harus
diselesaikan, sementara bagi pihak-pihak yang menindas atau yang tidak
berkepentingan dan terlibat langsung tidak menganggapnya sebagai masalah.
¨ Kematian
akibat REVOLUSI MESIR, bagi kebanyakan
kita yang tinggal di INDONESIA barangkali bukan masalah besar,
kecuali kalau kita peka terhadap kejadian tersebut. Bagi rakyat kebanyakan yang
tidak cukup banyak mempunyai uang yang menjadi masalah bukan harga satu dollar
amerika adalah SEKIAN rupiah, tetapi harga-harga
kebutuhan yang semakin tidak terjangkau.
MASALAH BERSIFAT KONTEKSTUAL
¨ Tidak
pernah ada masalah yang berdiri sendiri, terisolasi dari faktor-faktor lain
sebagai pendukung, baik yang bersifat penyebab maupun yang menjadi akibat
timbulnya masalah dan pemecahannya.
¨ Oleh karena itu untuk memecahkan masalah secara relatif
“tuntas” kita harus mampu memahami apa yang merupakan faktor-faktor “masalah”.
PEMICU MASALAH
¨ Akar akan
menumbuhsuburkan pohon, bila ada situasi dan kondisi pendukung. Ibarat senjata
bedil, mesiu tidak akan meledak, peluru tidak akan menembus sasaran kalau picu
pelatuk tidak ditarik.
¨ Contohnya:
kriminalitas yang berakar pada kemiskinan akan semakin terpicu oleh arogansi si
kaya.
¨ Pemahaman
akan situasi kondisi menjadi sangat penting, sebab sering masalah tidak timbul
kalau tidak ada pemicunya. Kendatipun situasi seperti itu justru dapat pula
merugikan karena akan membuat kita lengah, apalagi kalau sesungguhnya akar dari
permasalahan tersebut menyangkut prinsip-prinsip universal kemanusiaan.
BENTUK & BOBOT MASALAH
¨ Tampak
atau tidaknya masalah terletak sejauhmana gejala yang berupa bentuk
ini. Sehingga faktor ini dalam konteks utuh hanyalah gejala yang menunjukkan
bahwa ada sesuatu masalah yang sedang terjadi.
¨ Kebanyakan
orang melihat bobot dan bentuk ini sebagai hal utama dan terpisah sehingga
pemecahan masalah seringkali tidak tuntas. Maraknya penyakit hubungan seksual
seperti AIDS tidak cukup hanya dengan program kondomisasi semata-mata, aborsi
tidak dapat diselesaikan dengan cara menghukum dokter, klinik dan si ibu pelaku
aborsi semata-mata.
PENTINGNYAMEMAHAMI BENTUK MASALAH
¨ Sebab
akar masalahnya lebih terletak pada perubahan sistem nilai dan norma, dan picu
pelatuknya realitas masa yang lebih memungkinkan terjadinya hubungan seksual
secara bebas.
¨ Pemahaman
akan bobot dan bentuk masalah juga penting untuk menentukan skala prioritas,
masalah mana yang akan didahulukan untuk diselesaikan atau bahkan mungkin tidak
perlu diabaikan. Sebab dalam hidup seringkali manusia tidak hanya akan menghadapi
satu jenis masalah tetapi bahkan dua atau tiga atau beragam jenis masalah
secara bersamaan dan semuanya perlu dipecahkan.
MASALAH IBARAT
“PUZZLE”
¨ Intuisi dan kepekaan untuk menentukan apakah masalah yang
betul-betul dihadapi merupakan ”sungguh-sungguh” masalah atau sekedar “numpang
lewat” menjadi penting justru ketika orang mampu.
SENI MENYELESAIKAN MASALAH
¨ Secara
keilmuan mencari kesinambungan peristiwa dari masalah yang melacak sebab
dan akibat, memahami struktur internal dari masalah seperti
apakah masalah ini universal atau individual, berbobot sungguh-sungguh atau
tidak, berdampak luas atau sempit, perlu prioritas atau tidak, mencari analogi
dari masalah serupa, bersikap holistik terhadap masalah, dan kalau
diperlukan mencari penyelesaian dari hal yang bersifat inkonsistensial
sehingga ada kreatifitas, merupakan unsur-unsur metodis dalam
penyelesaian masalah.
¨ “Anak
kecilpun sesungguhnya mempunyai masalah hanya saja kita tidak bisa memahami itu
semua, senyum tawa polosnya menghilangkan itu semua”
ada tulisan lain juga ternyata...:-D
ReplyDelete