Media Film Sebagai Konstruksi dan Representasi
Sosial
Kehadiran media massa tidak dapat dipandang dengan
sebelah mata dalam proses pemberian makna terhadap realitas yang terjadi di
sekitar kita, salah satunya melalui media film. Produk-produk media telah
berhasil memberikan dan membentuk realitas lain yang dihadirkan di masyarakat,
yaitu realitas simbolik, yang celakanya, banyak diterima secara mentah-mentah
oleh masyarakat sebagai bentuk kebenaran. Film selama ini dianggap lebih
sebagai media hiburan ketimbang media persuasi. Namun yang jelas, film
sebenarnya memiliki kekuatan bujukan atau persuasi yang sangat besar. Film
merupakan salah satu saluran atau media komunikasi massa. Perkembangan film
sebagai salah satu media komunikasi massa di Indonesia mengalami pasang surut
yang cukup berarti, namun media film di Indonesia tercatat mampu memberikan
efek yang signifikan dalam proses penyampaian pesan (Rivers & Peterson,
2008: 252).
Kedudukan media film juga dapat sebagai lembaga
pendidikan nonformal dalam mempengaruhi dan membentuk budaya kehidupan
masyarakat sehari-hari melalui kisah yang ditampilkan. Film dianggap sebagai
medium sempurna untuk merepresentasikan dan mengkonstruksi realitas kehidupan
yang bebas dari konflik-konflik ideologis serta berperan serta dalam pelestarian
budaya bangsa.
Film menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi
hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, drama, humor, panggung, musik, dan
trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang
sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah
besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Fenomena perkembangan film yang
begitu cepat dan tak terprediksikan, membuat film kini disadari sebagai
fenomena budaya yang progresif. Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan”
dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Elemen
penting lain dalam sejarah film adalah penggunaan film untuk propaganda
sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau
kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak
emosional, dan popularitas (McQuail, 2012:35).
Sebagai media komunikasi massa yang menyajikan konstruksi
dan representasi sosial yang ada di dalam masyarakat, film memiliki beberapa fungsi komunikasi
diantaranya : pertama ; sebagai sarana hiburan, film dengan tujuan untuk
memberikan hiburan kepada khalayaknya dengan isi cerita film, geraknya,
keindahannya, suara dan sebagainya agar penonton mendapat kepuasan secara
psikologis. Kedua ; sebagai penerangan,
film ini yang memberikan penjelasan kepada penonton tentang suatu hal atau
permasalahan, sehingga penonton mendapat kejelasan atau paham tentang hal
tersebut dan dapat melaksanakannya. Ketiga ; sebagai propaganda film
mengarah pada sasaran utama untuk mempengaruhi khalayak atau penontonnya, agar
khalayak mau menerima atau menolak pesan, sesuai dengan keinginan si pembuat
film.
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi
analisis struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoet, film
dibangun dengan tanda-tanda semata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem
tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Pada
film digunakan tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu, ciri gambar-gambar dalam
film adalah persamaan dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar dinamis dalam
film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya (Sobur, 2009:128).
Film yang merupakan hasil konstruksi bukan hanya sekedar
media yang bisa menjadi pembujuk, namum media ini juga bisa membelokkan pola
prilaku atau sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal. Seperti yang diungkapkan
oleh Wilbur Schramm dalam River dan Peterson, 2008 : 252) sebagai berikut:
Semua
komunikasi yang sampai ke orang dewasa akan masuk ke situasi yang juga dialami
oleh jutaan komunikasi sebelumnya, di mana kelompok rujukan siap menyeleksi dan
kerangka pikir sudah terbentuk untuk menentukan penting tidaknya komunikasi
itu. Karena itu komunikasi baru itu tidak akan menimbulkan goncangan, melainkan
sekedar memunculkan sedikit riak perubahan yang prosesnya berjalaan lambat dan
arahnya ditentukan oleh kepribadian kita sendiri.
kak bisa mohon cantumkan daftar pustakanya?
ReplyDeletewah keren, gua baru paham sekarang. makasih kak infornya. btw ini blog gua https://afara.my.id/ lihat lainya tentang blog gua yuk di sini
ReplyDelete