Friday, November 14, 2014

MEDIA FILM SEBAGAI KONSTRUKSI dan REPRESENTASI SOSIAL


   

            Media Film Sebagai Konstruksi dan Representasi Sosial
Kehadiran media massa tidak dapat dipandang dengan sebelah mata dalam proses pemberian makna terhadap realitas yang terjadi di sekitar kita, salah satunya melalui media film. Produk-produk media telah berhasil memberikan dan membentuk realitas lain yang dihadirkan di masyarakat, yaitu realitas simbolik, yang celakanya, banyak diterima secara mentah-mentah oleh masyarakat sebagai bentuk kebenaran. Film selama ini dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media persuasi. Namun yang jelas, film sebenarnya memiliki kekuatan bujukan atau persuasi yang sangat besar. Film merupakan salah satu saluran atau media komunikasi massa. Perkembangan film sebagai salah satu media komunikasi massa di Indonesia mengalami pasang surut yang cukup berarti, namun media film di Indonesia tercatat mampu memberikan efek yang signifikan dalam proses penyampaian pesan (Rivers & Peterson, 2008: 252).
Kedudukan media film juga dapat sebagai lembaga pendidikan nonformal dalam mempengaruhi dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui kisah yang ditampilkan. Film dianggap sebagai medium sempurna untuk merepresentasikan dan mengkonstruksi realitas kehidupan yang bebas dari konflik-konflik ideologis serta berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa.
Film menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, drama, humor, panggung, musik, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Fenomena perkembangan film yang begitu cepat dan tak terprediksikan, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang progresif. Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan” dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Elemen penting lain dalam sejarah film adalah penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas (McQuail, 2012:35).
Sebagai media komunikasi massa yang menyajikan konstruksi dan representasi sosial yang ada di dalam masyarakat,  film memiliki beberapa fungsi komunikasi diantaranya : pertama ; sebagai sarana hiburan, film dengan tujuan untuk memberikan hiburan kepada khalayaknya dengan isi cerita film, geraknya, keindahannya, suara dan sebagainya agar penonton mendapat kepuasan secara psikologis. Kedua ; sebagai penerangan, film ini yang memberikan penjelasan kepada penonton tentang suatu hal atau permasalahan, sehingga penonton mendapat kejelasan atau paham tentang hal tersebut dan dapat melaksanakannya. Ketiga ; sebagai propaganda film mengarah pada sasaran utama untuk mempengaruhi khalayak atau penontonnya, agar khalayak mau menerima atau menolak pesan, sesuai dengan keinginan si pembuat film.
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoet, film dibangun dengan tanda-tanda semata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Pada film digunakan tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu, ciri gambar-gambar dalam film adalah persamaan dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya (Sobur, 2009:128).
Film yang merupakan hasil konstruksi bukan hanya sekedar media yang bisa menjadi pembujuk, namum media ini juga bisa membelokkan pola prilaku atau sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal. Seperti yang diungkapkan oleh Wilbur Schramm dalam River dan Peterson, 2008 : 252) sebagai berikut:
Semua komunikasi yang sampai ke orang dewasa akan masuk ke situasi yang juga dialami oleh jutaan komunikasi sebelumnya, di mana kelompok rujukan siap menyeleksi dan kerangka pikir sudah terbentuk untuk menentukan penting tidaknya komunikasi itu. Karena itu komunikasi baru itu tidak akan menimbulkan goncangan, melainkan sekedar memunculkan sedikit riak perubahan yang prosesnya berjalaan lambat dan arahnya ditentukan oleh kepribadian kita sendiri.

2 comments:

  1. kak bisa mohon cantumkan daftar pustakanya?

    ReplyDelete
  2. wah keren, gua baru paham sekarang. makasih kak infornya. btw ini blog gua https://afara.my.id/ lihat lainya tentang blog gua yuk di sini

    ReplyDelete


perjalanan