Tuesday, December 16, 2014

SEMIOTIKA



Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki), ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Semiotika adalah studi mengenai tanda (sign) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi ini tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi tetapi juga memiliki efek besar pada setiap aspek (prespektif) yang digunakan dalam teori komunikasi (Morissan, 2013:32).
Semiotika ini merupakan salah satu tradisi dalam ilmu komunikasi yang menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda atau simbol-simbol tersebut mempunyai arti atau makna. Semiotika menurut Charles S. Peirce dalam Fiske, 1990 dan Littlejohn 1998, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yakni teori segitiga makna atau triangle meaning. Yang dikupas teori segitiga ini adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Kriyantono, 2012:267).
Berikut tabel hubungan tanda, objek, dan interpretant (triangle of meaning) :
Tabel 2.2. : Triangle of Meaning

                                                            Sign



Interpretant                                                                    Object


Sumber : Rahmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2012 : 268.


a.    Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat diungkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek.
b.    Acuan tanda (objek) adalah konteks sosial yang menjadi referensi tanda atau suatu yang dirujuk tanda.


c.    Pengguna tanda (interpretant) adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Semiotika atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri (Littlejohn dan Foss, 2011:53).
Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut signifier (penanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified (petanda) adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Saussure  menggambarkan tanda yang terdiri atas signifier dan signified itu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

 Tabel 2.3. : Elemen-Elemen Makna Saussure
                        Sign


 


                  Composed of

                                                                        Signification
Signifier            Plus                  Signified                                       External reality
(physical                                   (metal                                          of meaning
existence                                  concept)
of the sign)
Sumber : John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990 : 44 dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, Remeja Rosda Karya, Bandung, 2009 : 125)

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure. Ia juga seorang intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes meneruskan pemikiran Saussure tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of significations”.
Tatanan Pertandaan (Order of Signification) terdiri dari :
a.    Denotasi adalah diskripsi dasar, makna kamus dari sebuah kata atau terminologi atau objek (literal meaning of a term or object).

b.    Konotasi adalah makna-makna kultural yang melekat pada sebuah terminologi (the cultural meaning that become attached to a term).
c.    Metafora merupakan alat untuk mengkomunikasikan sebuah analogi atau sebuah perumpamaan yang didasarkan pada identitas.
d.    Simili adalah sebuah subkategori metafora dengan menggunakan kata-kata “seperti”.
e.    Metomini adalah cara mengomunikasikan dengan asosiasi yang dibuat dengan cara menghubungkan sesuatu yang kita ketahui dengan sesuatu yang lain.
f.     Synecdoche adalah sebuah subkategori metomini yang memberikan makna “keseluruhan” atau “sebaliknya”.
g.    Intertextual adalah hubungan antarteks saling bertukar satu dengan yang lain, sadar maupun tidak sadar (Kriyantono, 2012:272-273)
Semiotika kini tidak saja sebagai sebuah cabang keilmuan yang  berorientasi metode kajian (decoding) tetapi juga  sebagai metode penciptaan (encoding). Semiotika ini berkembang  menjadi sebuah model atau paradigma bagi berbagai bidang keilmuan yang sangat luas, yang menciptakan cabang-cabang semiotika khusus, di antaranya adalah semiotika binatang (zoo semiotics), semiotika kedokteran, (medical semiotics), semiotika arsitektur, semiotika seni, semiotika fashion, semiotika film, semiotika sastra, semiotika televisi, termasuk semiotika desain.
Terobosan penting pada semiotika adalah diterimanya penerapan konsep-konsep linguistik ke dalam fenomena lain yang bukan hanya bahasa tertulis; yang dalam pendekatan ini lantas diandaikan sebagai teks. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan produk media, seluruh tampilan media baik dalam bentuk tulisan, visual, audio, bahkan audiovisual sekalipun akan dianggap sebagai teks. Tak terlepas juga berlaku untuk film yang juga merupakan karya audiovisual.
Seiring perkembangannya, pengaruh film semakin kuat bagi kehidupan individu maupun sosial. Hal ini kemudian membuat film dikaji secara mendalam. Setiap gambar yang tersorot di layar dicari maknanya dan apa maksud tujuannya ditampilkan. Karenanya diperlukan pisau bedah khusus untuk mengkaji film. Studi tentang media massa, termasuk film, bisa dilakukan dengan banyak cara. Para ahli komunikasi sudah melakukannya sepanjang abad lalu, mulai dengan memakai pendekatan fungsionalis, pendekatan Marxist, hingga teori hegemoni media. Semua pendekatan itu sekedar alat, peneliti bebas memilih pendekatan atau teori sesuai dengan tujuan penelitiannya. Cultural Studies (kajian budaya) sebagai disiplin ilmu kerap mengkaji film dengan pendekatan misalnya representasi, ideologi, hingga budaya pop. Semiotika adalah instrumen pembuka rahasia teks dan penandaan, karena semiotika adalah puncak logis dari apa yang disebut Derrida sebagai “logosentrisme” budaya Barat: rasionalitas yang memperlakukan makna sebagai konsep atau representasi logis yang merupakan fungsi tanda sebagai ekspresi (Culler, 1981:40 dalam Kurniawan, 2001:12)

No comments:

Post a Comment


perjalanan