9 ELEMEN JURNALISTIK
Tujuan utama di antara semua tujuan
jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan
bisa mengatur diri sendiri,
Untuk memenuhi tugas ini :
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah
pada kebenaran.
2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada
warga.
3. Intisari Jurnalisme adalah dalam
Verifikasi.
4. Para praktisinya harus menjaga
independensi terhadap sumber berita.
5. Jurnalisme harus berlaku sebagai
pemantau kekuasaan.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum
publik untuk kritik maupun dukungan warga.
7. Jurnalismme harus berupaya membuat hal
yang penting menarik dan relevan.
8. Jurnalisme harus menjaga agar berita
komprehensif dan proporsional.
9. Para praktisinya harus diperbolehkan
mengikuti nurani mereka.
Untuk apa jurnalisme
ada?
Jurnalisme
hadir untuk membangun kewargaan ( citizenship ). Jurnalisme ada untuk memenuhi
hak-hak warga Negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Jutaan orang, yang
terbedayakan arus informasi bebas, menjadi terlibat langsung dalam menciptakan
pemerintahan dan peraturan baru untuk kehidupan politik, sosial, dan ekonomi
negeri mereka.
Tujuan utama jurnalisme
adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup
merdeka dan mengatur diri sendiri.
Media membantu kita mendifinisikan
komunikasi kita, menciptakan bahasa yang dipakai bersama, dan pengetahuan yang
berakar pada realitas, Jurnalisme juga membantu warga mengenali tujuan
komunitas, mengenali para pahlawan, dan para penjahat.
PERS BEBAS DI ERA ELEKTRONIK.
Pada awal abad ke-21, apa relevansi
pers bebas? Informasi begitu bebas, pengertian jurnalisme sebagai intetitas
homogen bisa jadi malah ganjil. Barangkali Amandemen Pertama sendiri adalah
sebuah artefak dari era yang lebih terbatas dan bersifat elite.
Yang pasti, pengertian pers sebagai
penjaga gerbang informasi - memutuskan
informasi apa yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui oleh publik – tak
lagi dengan tegas mendefinisikan peranan jurnalisme.
Kita punya kebutuhan mendesak untuk
mendapatkan sejumlah titik didalam dunia yang kian menggila. Brown menjelaskan
bahwa wartawan membutuhkan “ kemampuan
untuk melihat persoalan-persoalan dari beragam sudut pandang dan kemampuan
untuk sampai pada inti ” masalah. Futuris Paul Saffo menggambarkan tugas ini
sebagai menerapkan penyidikan dan penilaian jurnalistik “ untuk sampai pada
kesimpulan dalam lingkungan yang tak menentu. “
Wartawan era baru tak lagi memutuskan apa
yang seharusnya diketahui publik. Dia membantu audiens mengerti secara runtut
apa yang seharusnya mereka ketahui. Hal ini secara tak langsung berarti
menambahkan interpretasi atau analisis pada sebuah laporan berita. Lebih tepat
jika disebut tugas pertama wartawan era baru adalah memverifikasi apakah
informasinya bisa dipercaya, lantas meruntutkannya sehingga warga bisa
memahaminya secara efisien.
Kebenaran : Prinsip
Pertama dan Paling membingungkan
Kewajiban pertama
jurnalisme adalah pada kebenaran.
Pada ihwal ini ada kebulatan suara
mutlak dan juga kebingunan yang sempurna : semua orang setuju wartawan harus
menyampaikan kebenaran. Namun orang berselisih paham tentang apa yang
dimaksudkan dengan “ kebenaran.“
Keinginan agar informasi merupakan
kebenaran adalah elementer. Berita adalah materi yang digunakan orang untuk
mempelajari dan berpikir tentang dunia di luar diri diri mereka, maka kualitas
terpenting berita adalah bisa digunakan dan diandalkan.
Fungsi berita adalah mendai suara
peristiwa, “ atau membuat orang sadar atas hal itu. “ Fungsi kebenaran adalah
menerangi fakta-fakta tersembunyi, menghubungkannya satu satu sama lain, dan
membuat sebuah gambaran realitas yang dari sini orang bisa bertindak.”
Dan, “kebenaran jurnalistik” ini –
adalah lebih dari sekadar akurasi. Ini adalah pekerjaan sortir yang berkembang
antara cerita pertama dan interaksinya di tengah publik, pembuat berita, dan
wartawan sepanjang waktu. Prinsip pertama jurnalisme ini – pengejaran kebenaran
tidak berat sebelah – adalah yang paling membedakannya dari semua bentuk
komunikasi lain.
Hal inilah yang dikejar jurnalisme –
bentuk kebenaran yang bisa dipraktikkan dan fungsional. Ini bukan kebenaran dalam
pengertian mutlak atau filosofis. Ini bukan kebenaran ala persamaan kimiawi.
Namun jurnalisme bisa – dan harus – mengejar kebenaran di dalam pengertian yang
bisa kita jalankan dari hari ke hari.
Memahami kebenaran jurnalistik sebagai
sebuah proses – atau perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman – sebenarnya
lebih membantu dan lebih realistis, dan hal itu dimulai dengan berita yang
timbul pada hari pertama dan perkembangan selanjutnya.
Berita hari-hari pertama menunjukan
peristiwa atau kecendurangan yang baru. Mereka mungkin mulai dengan melaporkan
sesuatu yang sederhana, sebuah pertemuan atau kecelakaan lalu lintas. Waktu dan
tempat kecelakaan, kerusakan yang di timbulkannya, jenis kendaraan, penahanan,
kondisi cuaca dan jalan yang tak biasa – yang
semuanya terlihat sebagai
penampakan fisik luar sebuah kasus – semua fakta ini bsa dicatat dan diperiksa.
Begitu mereka memverifikasi faktafakta, para reporter beruapaya untuk
menyampaikan laporan yang jujur dan dapat diandalkan dari makna kejadian, yang
valid untuk saan ini, dan bisa menjadi subjek untuk reportase lebih lanjut.
Untuk Siapa Wartawan
bekerja
Loyalitas peertama
jurnalisme kepada warga.
Komitmen kepada warga ( citizen )
lebih besar ketimbang egoism professional. Tersirat di dalamnya perjanjian
dengan publik, yang menyatakan kepada audiens bahwa ulasan filmnya jujur, bahwa
ulasan restorannya tak terpengaruhi oleh pemasang iklan, dan liputannya tidak
untuk kepentingan pribadi atau condong untuk kepentingan teman-teman.
Pengertian bahwa orang-orang yang mencari dan melaporkan berita tak dihalangi
saat menggali dan menyampaikan kebenaran – bahkan oleh resiko terganggunya
kepentingan bisnis lain dari si pemilik media – adalah syarat mutlak
penyampaian berita, tidak hanya akurat tetapi juga persuasif. Inilah alasan
kita, selaku warga masyarakat, untuk mempercayai sebuah organisasi berita. Ini
adalah sumber kredibilitas mereka. Ringkasasnya, hal ini adalah aset sebuah
perusahaan media dan orang-orang yang bekerja didalamnya.
Kesetiaan kepada warga ini adalah
makna yang kita sebut independensi jurnalistik. Seperti yang akan kita lihat,
istilah tersebut sering dipakai sebagai sinonim untuk gagasan-gagasan lain,
termasuk ketidakterikatan, tidak berat sebelah, dan ketidakberpihakan.
1. PEMILIK/PERUSAHAAN HARUS
MENOMORSATUKAN WARGA. Daripada mengasingkan redaksi dari bagian usaha, ada cara
lain yang bisa membuat jurnalisme berjalan dalam kondisi terbaiknya, yaitu saat
kedua belah pihak setia pada nilai-nilai profesi ini – bukan satu sisi untuk
bisnis dan sisi lain untuk pelayanan publik. Sejarah mengisyaratkan hal ini
bisa berjalan hanya ketika pemilik perusahaan benar-benar mempercayai inti
nilai-nilai jurnalisme sebagai prioritas pertama.
Bahkan beberapa orang yang
katakanlah membela pagar api ini, dalam realitas, adalah praktisi dari filosofi
gabungan ini – dengan jurnalisme lebih mendominasi.
2. PEKERJAKAN MANAJER BISNIS YANG JUGA
MENOMORSATUKAN WARGA. Sementara pemilik media adalah penentu akhil nilai-nilai
dalam instritusi tersebut, orang-orang bisnis yang sukses juga menyebut tentang
perlunya memperkejakan manajer yang punya misi sama, sekalipun menjalankan
iklan atau membangun sirkulasi adalah pekerjaan yang berbeda dari menghasilkan
tulisan.
3. TETAPKAN DAN KOMUNIKASIKAN STANDAR
YANG JELAS. Bahkan jika para pemilik punya misi jurnalistik yang sama, banyak
perusahaan media merasa perlu untuk dengan jelas menyatakan standar mereka satu
demi satu, dan sebuah atmosfer tempat orang bisnis dan orang redaksi paling
tidak dalam jenjang tertentu bisa berbicara untuk memastikan mereka mengerti
dan menghormati peran masing-masing.
4. KATA AKHIR BERITA BERADA DI TANGAN
WARTAWAN. Seperti halnya mereka yang telah membuat aturan tertulis yang tegas,
banyak organisasi lain yang terlibat dalam produksi berita mengatakan bahwa
wartawan harus memegang kata akhir untuk urusan berita – bukan bagian bisnis.
Ini merupakan prinsip yang paling jelas.
5. KOMUNIKASIKAN STANDAR YANG JELAS
KEPADA PUBLIK. Kunci terakhir adalah menjadikan semuanya jelas bagi audiens –
lebih dari masa lalu – tentang bagaimana organisasi berita bekerja.
JURNALISME VERIFIKASI
Intisai
Jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Pada
akhirnya, disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan jurnalisme dari
hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Hiburan entertaiment dan infotaiment
berfokus pada hal-hal yang paling menggembirakan hati. Propaganda menyeleksi
fakta atau mengarang fakta demi kepentingan yang lain, persuasi dan manipulasi.
Fiksi mengarang skenario untuk sampai pada kesan yangblebih personal dari apa
yang disebut kebenaran. Hanya saja jurnalisme dari awal berfokus pada pencarian
berita yang setepat-tepatnya.
Hilangnya
Makna Objektivitas
Barangkali
karena disiplin verifikasi sangat brsifat pribadi dan begitu sering secara
serampangan dikomunikasikan, ia menjadi salah satu sebab kebingunan terbesar
dalam jurnalisme: konsep objektivitas. Objektivitas meminta wartawan
mengembangkan sebuah metode untuk onsisten menguji informasi, pendekatan secara
transparan mwnuju bukti-bukti, sehingga bias persoalan dan bias budaya tidak
melemahkan akurasi berita mereka. Dengan kata lain, dalam konsep asli,
metodenyalah yang objektif, bukan si wartawan. Kuncinya adalah disiplin dalam
menerapkan metode dan bukan tujuannya.
Poin
ini mempunyai sejumlah implikasi penting. Salah satunya adalah sikap impartial
(tak berpihak) yang digunakan banyak organissasi berita, atau akrab dikenal
dengan sikap penulisan yang netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Implikasi
yang kedua adalah sikap netral ini, tanpa disiplin verifikasi,sebenarnya hanya
menghasilkan liputan yang kosong.
Seprangkat
konsep inti landasan disiplin verifikasi seperti prinsip penulisan karya
ilmiah, diantaranya :
- Jangan pernah menambahi sesuatu
yang tidak ada.
- Jangan pernah menipu audiens.
- Berklakulah setransparan mungk
tentang metode dan motivasi anda.
- Andalkan reportase anda
sendiri/orisinalitas.
- Bersikaplah rendah hati.
INDEPENDENSI DARI FAKSI
Wartawan
harus tetap independen dari ihak yang mereka liput
Hal
ini berlaku bahkan pada mereka yang bekerja di ranah opini, kritik, dan
komentar. Independensi semangat dan pikiran inilah, dan bukannya netralitas,
yang harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh wartawan. Seseorang
mungkinmembayangkan bahwa wartawan bisa melaporkan sekaligus menjadi peserta
dalam peristiwa tersebut, tapi realitasnya menjadi peserta mengaburkan semua
tugas lain yang seharusnya dilakukannya. Melihat yang terjadi dari prespektif
lain akan kian sulit. Menjadi kepercayaan dari sumber dan lawan dari pihak akan
kian sulit. Hal itulah akan menjadi pengaruh besar pada pekerjaan yang disebut
wartawan.
MEMANTAU KEKUASAAN DAN
MEYAMBU NG LIDAH YANG TERTINDAS
Wartawan
harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Prinsip
ini sering disalhpahami, bahkan oleh wartawan, dengan mengartikannya sebagai
“susahnya orang yang senang”. Lebih
lanjut lagi prinsip anjing penjaga (watchdog) tengah terancam dalam jurnalisme
dewasa ini penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran anjing penjaga palsu
yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi ketimbang pelayanan publik. Upaya-upaya
pemantauan itu menjadi awal kerja investigatif dan ini menjadi salah satu
alasan pers diberi kebebasan secara konstitusional.
Reportase Investigatif Orisinal
Reportase
ini melibatkan si reporter itu sendiri yang membuka dan mendokumentasikan
kegiatan yang sebelumnya tak diketahui publik. Reportase ini sering berujung
pada investigasi publik tentang subjek atau aktivitas yang dipaparkan, sebuah
contoh klasik pers mendesak lembaga publik atas nama publik.
Reportase
Investigatif Sebagai Penuntunnya
Sekalipun
semua reportase melibatkan investigasi, yang kita p[ahami sebagai jernalisme
investigatif adalah mereka yang punya tambahan dimensi moral. Reportase ini
menarik publik untuk menilai pembeberan yang dilakukan, dan reportase ini
menyiratkan bahwa media menganggap masalah ini penting dan sepadan dengan
bagaimana mendapatkannya.
JURNALISME SEBAGAI FORUM
PUBLIK
Jurnalisme
harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik
Kapasitas
penciptaan forum ini begitu menyebar sehingga memberi informasi tentang hampir
semua aspek kerja jurnalistik, mulai dari laporan awal yang didalamnya wartawan
mengingatkan publik akan suatu peristiwa atau kondisi di komunitas. Laporan ini
bisa berisi analisis yang mungkin menyebutkan dampak yang akan muncul. Rasa
ingin tahu yang manusiawi membuat orang bertanya-tanya sesudah membaca liputan
atau acara yang terjadwal, pembeberan penyimpangan atau repotase yang
kecendurangannya selalu berkembang.
Maka
jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik.
Namun saat ini yang penting dan bukannya berkurang, bahwa diskusi publik harus
dibangun diatas prinsip-prinsip yang sama sebagai hanya dalam jurnalisme –
kejujuran, fakta, dan verifikasi.
MENARIK DAN RELEVAN
Wartawan
harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
Haruskah
wartawan menekankan bahwa berita adalah sesuatu yang menyenangkan,
mengasikan, dan memainkan sensasi? Atau
haruskah berpegang pada yang perlu di ketengahkan dari berita adalah hal yang
paling penting didalamnya?
Mendongengkan
informasi bukanlah yang berlawanan mereka lebih baik dipahami sebagai dua
bagian dalam sebuah komunikasi. Di satu sisi adalah cerita pengantar tidur yang
wartawan karang untuk anak-anak yang mungkin tak punya arti selain melewatkan
waktu bersama dengan akrab dan menyenangkan. Di sisi lain adalah data mentah –
pertandingan olahraga yang berjalan, buletin komunitas, atau tabel saham – yang
sama sekali tak mengandung arti.
Jurnalisme
adalah mendongeng dengan sebuah tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi
yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan
informasi yang di butuhkan orang untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah
membuatnya bermakna, relevan, dan enak di simak.
Dengan
kata lain, tanggung jawab wartawan bukan sekedar menyediakan informasi, tapi
menghadirkannya sedemikian rupa sehingga orang tertarik untuk menyimak.
JADIKAN BERITA
KOMPREHENSIF DAN PROPORSIONAL
Wartawan
harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif.
Jurnalisme
adalah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk
mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Itulah manfaat dan alasan
ekonomi kehadiran jurnalisme. Konsep kartografi
ini membantu menjelaskan apa yangmenjadi tanggung jawab liputan
jurnalistik. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan
dan proporsionalitas.
WARTAWAN
PUNYA TANGGUNG JAWAB PADA NURANI
Wartawan
punya kewajiban terhadap nurani
Setiap
wartawan – dari redaksi hingga dewan direksi – harus punya rasa etika dan
tanggung jawab personal – sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya
tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan
yang lain melakukan hal yang serupa.
Bagi
banyak wartawan dimensi moral ini sangat kuat karena hal inilah yang menarik
mereka banyak menekuni profesi ini. Ketika mereka pertama kali berminat pada
berita sering kali pada masa muda atau remaja, banyak yang tertarik ke profesi
ini karena elemen yang paling mendasar – menyerukan ketidakseimbangan sistem,
menggabungkan orang-orang membentuk komunitas.
Budaya
kejujuran
Kemampuan
wartawan untuk mengikuti nurani jauh lebih penting dari pada apapun yang mereka
percayai atau keyakinan apapun yang mereka bawa kedalam pekerjaan mereka.
Tekanan
terhadap nurani individu
Ada
beraneka faktor pemicu yangmenjadikan ruang redaksi homogen. Salah satunya tak
lain adalah sifat manusia. “ Para redaktur punya kecendurangan untuk membentuk
orang dalam gambaran mereka sendiri.”
Problem lain adalah sejenis kelemahan birokratis yang melekat dalam
setiap organisasi.
Membangun
redaksi tempat nurani dan keberagaman bisa berkembang.
Mungkin
tantangan terbesar bagi orang yang memproduksi berita adalah mengenali bahwa
kesehatan jangka panjang mereka tergantung pada kualitas redaksi mereka bukan
pada efisiensi semata. Kepentingan jangka panjak menarik seseorang menuju
budaya redaksi yang lebih kompleks dan lebih sulit. Kualitas seorang pemilik,
seorang redaktur, atau manajer pada umumnya di tentukan oleh tingkatan yang
mereka tangani selama jangka waktu tersebut.