Tuesday, July 31, 2012

**REFLEKSI**


SCIENCE OF ART
PADA ANAK YANG DOMINAN AKAN OTAK KANAN

Kreatif
Selalu melihat dari sisi atau sudut pandang lain untuk mengetahui hal-hal baru dan menemukan cara-cara baru yang tidak konvensional, melihat alternatif solusi dari berbagai permasalahan. Memiliki daya imajinasi yang kuat, hingga mampu melihat dan membayangkan segala sesuatu secara tiga dimensi, bisa melihat dari kanan ke kiri, atas ke bawah dan sebaliknya bisa dikatakan memiliki sudut pandang 360° pada penyikapan terhadap lingkungan. 
Memori Fotografi, mampu merekam informasi dalam bentuk gambar-gambar baik dalam bentuk diam atau seperti film yang bergerak. Memiliki papan layar di otaknya.


Art

Selalu melihat sebuah pekerjaan sebagai sebuah proses seni yang mengandalkan rasa dan nilai estetika yang sering kali tidak bisa dibatasi oleh waktu saat mengerjakan proses situ dan cenderung bekerja berdasarkan inspirasi-inspirasi dan mood.

Deduktif
Harus terlebih dahulu melihat gambaran besarnya atau hasil akhirnya baru bergerak menyusun langkah demi langkah dan tahapan prosesnya untuk menemukan inspirasi dan bentuk kreatifitas baru sebagai bentuk penambahan dan penemuan pada saat berproses.

Visual

Cenderung lebih sutil ketika harus menuangkan ide-ide gambarnya imajinatifnya kedalam bentuk kalimat atau kata-kata yang mudah dipahami.

Global

Lebih menyukai gambaran secara umum, luas dan kurang menyukai hal-hal yang sifatnya mendetail.

Sunday, July 29, 2012

FOTO JURNALISTIK

FOTO JURNALISTIK

Sejarah Foto Jurnalistik

Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sangat singkat. Setelah media massa cetak yang berbentuk suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu. Alat itu disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang kemudian secara umum disebut kamera. Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam surat kabar.

Tahun 1839 pada saat itu fungsi foto dipakai sebagai dokumentasi keluarga menggantikan lukisan realis yang harganya lebih mahal.
Tahun 1842 sebuah Koran di Inggris “ The Illustrated London News” menurunkan laporan tentang percobaan pembunuhan Ratu Victoria yang gagal. Koran ini memuat visual adegan itu, namun karena teknologi fotografi belum memungkinkan memperbanyak gambar maka visualnya dibuat secara grafis yaitu dengan litografi dan etsa.
Tahun 1860 koran Harpers Weekly memuat potret diri Abraham Lincoln dengan teknik cukil kayu, yang dibuat berdasarkan foto yang ada. Tentu saja wajah Lincoln menjadi terbalik.
Tahun 1928 sebuah koran di New York “Daily News” memuat foto yang menggemparkan yakni foto hukuman mati Ny Snyder di kursi listrik. Sebenarnya peristiwa ini tidak boleh difoto, tetapi Wartawan foto, Tom Howard tidak kurang akal, dia menyiapkan kamera kecil yang dipasang tersembunyi pada kakinya, dan ketika hukuman mati dilaksanakan dia menekan kabel relaise sambil menaikkan celana panjangnya. Salah satu dari 3 foto yang berhasil dia jepret, terpampang di halaman depan Koran tersebut.

Sebelum Indonesia merdeka
Dipelopori oleh IPPHOS (Indonesian Press Photographic Service) yaitu sebuah perusahaan swasta yang mendokumentasi perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Perusahaan ini didirikan oleh 2 orang bersaudara yaitu Alex Mendur dan Frans Mendur yang sekaligus fotografernya pada tahun 1945-46. Selain itu Lembaga Kantor Berita Antara yang berdiri tahun 1937 yang dulunya hanya berjualan berita teks, pada tahun 1945 mulai menjual foto-foto berita hingga hari ini.
Sekarang
Menjelang kejatuhan Suharto, dan  mendekati jejak pendapat mengenai Timor-timur, banyak kantor berita luar negeri yang membuka kantornya di jakarta. Yang bertahan sampai saat ini: Reuters, AFP, AP (Associated Press), EPA

Foto jurnalistik merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi, tetapi tidak begitu saja sebagai foto berita dan tidak harus diberitakan di media massa.
            Foto berita biasanya dibuat berdasarkan penugasan dari sebuah media massa, tetapi foto jurnalistik tidak harus ada penugasan.
            Maka  ada istilah Press Photo (foto berita) dan Photojournalist (foto jurnalis). Press Photo merupakan industri, tetapi photojournalist lebih ke cara.
            Foto jurnalis bukan sebagai “tukang foto” tetapi bagaimana foto yang kita buat bernilai lebih. Maka seorang foto jurnalis dituntut harus kreatif, tidak begitu saja percaya pada satu informasi (riset mendalam), dan yang lebih penting lagi konsisten.
            Spot News : Hangat, tak dituntut oleh artistik dan komposisi, yang paling penting foto peristiwa tersebut
Feature : Foto cerita dibalik berita, bertujuan untuk kedalaman suatu peristiwa, seperti foto-foto di majalah national geographic. Pada perkembangannya menjadi foto essay
World Press Photo membagi 9 kategori ditambah 2 kategori khusus :
  1. Spot News : Peristiwa yang tidak terencana dan tidak mungkin direncanakan
  2. General News : Sekumpulan foto dari sebuah peristiwa yang direncanakan
  3. People in The News : Foto orang atau kelompok orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian
  4. Portrait : Tokoh publik/ selebritis atau bisa juga masyarakat umum
  5. Daily Life : Menggambarkan keragaman kehidupan sehari-hari
  6. Sport  : foto-foto Olah Raga baik yang action maupun feature
  7. Arts and Entertainment : foto peristiwa kesenian tertentu baik lukis, teater, musik, tari, arsitek maupun busana
  8. Science and Technology : Foto-foto perkembangan menarik dalam ilmu dan teknologi
  9. Nature : Foto-foto mengenai lingkungan, baik flora maupun fauna, serta ekologi.
  10. Contemporary Issue : foto-foto dengan issue kontemporer, saat ini menyita perhatian dunia
  11. Honorable mention : Foto-foto yang punya kekhasannya sendiri

Thursday, July 26, 2012

9 ELEMEN JURNALISTIK


9 ELEMEN JURNALISTIK


            Tujuan utama di antara semua tujuan jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa mengatur diri sendiri,
            Untuk memenuhi tugas ini :
1.    Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
2.    Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.
3.    Intisari Jurnalisme adalah dalam Verifikasi.
4.    Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita.
5.    Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan.
6.    Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga.
7.    Jurnalismme harus berupaya membuat hal yang penting  menarik dan relevan.
8.    Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional.
9.    Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.
Untuk apa jurnalisme ada?
            Jurnalisme hadir untuk membangun kewargaan ( citizenship ). Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Jutaan orang, yang terbedayakan arus informasi bebas, menjadi terlibat langsung dalam menciptakan pemerintahan dan peraturan baru untuk kehidupan politik, sosial, dan ekonomi negeri mereka.
Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri.
            Media membantu kita mendifinisikan komunikasi kita, menciptakan bahasa yang dipakai bersama, dan pengetahuan yang berakar pada realitas, Jurnalisme juga membantu warga mengenali tujuan komunitas, mengenali para pahlawan, dan para penjahat.
PERS BEBAS DI ERA ELEKTRONIK.
Pada awal abad ke-21, apa relevansi pers bebas? Informasi begitu bebas, pengertian jurnalisme sebagai intetitas homogen bisa jadi malah ganjil. Barangkali Amandemen Pertama sendiri adalah sebuah artefak dari era yang lebih terbatas dan bersifat elite.
Yang pasti, pengertian pers sebagai penjaga gerbang informasi  - memutuskan informasi apa yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui oleh publik – tak lagi dengan tegas mendefinisikan peranan jurnalisme.
Kita punya kebutuhan mendesak untuk mendapatkan sejumlah titik didalam dunia yang kian menggila. Brown menjelaskan bahwa wartawan membutuhkan “  kemampuan untuk melihat persoalan-persoalan dari beragam sudut pandang dan kemampuan untuk sampai pada inti ” masalah. Futuris Paul Saffo menggambarkan tugas ini sebagai menerapkan penyidikan dan penilaian jurnalistik “ untuk sampai pada kesimpulan dalam lingkungan yang tak menentu. “
Wartawan era baru tak lagi memutuskan apa yang seharusnya diketahui publik. Dia membantu audiens mengerti secara runtut apa yang seharusnya mereka ketahui. Hal ini secara tak langsung berarti menambahkan interpretasi atau analisis pada sebuah laporan berita. Lebih tepat jika disebut tugas pertama wartawan era baru adalah memverifikasi apakah informasinya bisa dipercaya, lantas meruntutkannya sehingga warga bisa memahaminya secara efisien.
Kebenaran : Prinsip Pertama dan Paling membingungkan
Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
            Pada ihwal ini ada kebulatan suara mutlak dan juga kebingunan yang sempurna : semua orang setuju wartawan harus menyampaikan kebenaran. Namun orang berselisih paham tentang apa yang dimaksudkan dengan “ kebenaran.“ 
            Keinginan agar informasi merupakan kebenaran adalah elementer. Berita adalah materi yang digunakan orang untuk mempelajari dan berpikir tentang dunia di luar diri diri mereka, maka kualitas terpenting berita adalah bisa digunakan dan diandalkan.
            Fungsi berita adalah mendai suara peristiwa, “ atau membuat orang sadar atas hal itu. “ Fungsi kebenaran adalah menerangi fakta-fakta tersembunyi, menghubungkannya satu satu sama lain, dan membuat sebuah gambaran realitas yang dari sini orang bisa bertindak.”
            Dan, “kebenaran jurnalistik” ini – adalah lebih dari sekadar akurasi. Ini adalah pekerjaan sortir yang berkembang antara cerita pertama dan interaksinya di tengah publik, pembuat berita, dan wartawan sepanjang waktu. Prinsip pertama jurnalisme ini – pengejaran kebenaran tidak berat sebelah – adalah yang paling membedakannya dari semua bentuk komunikasi lain.
            Hal inilah yang dikejar jurnalisme – bentuk kebenaran yang bisa dipraktikkan dan fungsional. Ini bukan kebenaran dalam pengertian mutlak atau filosofis. Ini bukan kebenaran ala persamaan kimiawi. Namun jurnalisme bisa – dan harus – mengejar kebenaran di dalam pengertian yang bisa kita jalankan dari hari ke hari.
Memahami kebenaran jurnalistik sebagai sebuah proses – atau perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman – sebenarnya lebih membantu dan lebih realistis, dan hal itu dimulai dengan berita yang timbul pada hari pertama dan perkembangan selanjutnya.
            Berita hari-hari pertama menunjukan peristiwa atau kecendurangan yang baru. Mereka mungkin mulai dengan melaporkan sesuatu yang sederhana, sebuah pertemuan atau kecelakaan lalu lintas. Waktu dan tempat kecelakaan, kerusakan yang di timbulkannya, jenis kendaraan, penahanan, kondisi cuaca dan jalan yang tak biasa – yang   semuanya terlihat sebagai penampakan fisik luar sebuah kasus – semua fakta ini bsa dicatat dan diperiksa. Begitu mereka memverifikasi faktafakta, para reporter beruapaya untuk menyampaikan laporan yang jujur dan dapat diandalkan dari makna kejadian, yang valid untuk saan ini, dan bisa menjadi subjek untuk reportase lebih lanjut.
Untuk Siapa Wartawan bekerja
Loyalitas peertama jurnalisme kepada warga.
            Komitmen kepada warga ( citizen ) lebih besar ketimbang egoism professional. Tersirat di dalamnya perjanjian dengan publik, yang menyatakan kepada audiens bahwa ulasan filmnya jujur, bahwa ulasan restorannya tak terpengaruhi oleh pemasang iklan, dan liputannya tidak untuk kepentingan pribadi atau condong untuk kepentingan teman-teman. Pengertian bahwa orang-orang yang mencari dan melaporkan berita tak dihalangi saat menggali dan menyampaikan kebenaran – bahkan oleh resiko terganggunya kepentingan bisnis lain dari si pemilik media – adalah syarat mutlak penyampaian berita, tidak hanya akurat tetapi juga persuasif. Inilah alasan kita, selaku warga masyarakat, untuk mempercayai sebuah organisasi berita. Ini adalah sumber kredibilitas mereka. Ringkasasnya, hal ini adalah aset sebuah perusahaan media dan orang-orang yang bekerja didalamnya.
            Kesetiaan kepada warga ini adalah makna yang kita sebut independensi jurnalistik. Seperti yang akan kita lihat, istilah tersebut sering dipakai sebagai sinonim untuk gagasan-gagasan lain, termasuk ketidakterikatan, tidak berat sebelah, dan ketidakberpihakan.
1.    PEMILIK/PERUSAHAAN HARUS MENOMORSATUKAN WARGA. Daripada mengasingkan redaksi dari bagian usaha, ada cara lain yang bisa membuat jurnalisme berjalan dalam kondisi terbaiknya, yaitu saat kedua belah pihak setia pada nilai-nilai profesi ini – bukan satu sisi untuk bisnis dan sisi lain untuk pelayanan publik. Sejarah mengisyaratkan hal ini bisa berjalan hanya ketika pemilik perusahaan benar-benar mempercayai inti nilai-nilai jurnalisme sebagai prioritas pertama.
            Bahkan beberapa orang yang katakanlah membela pagar api ini, dalam realitas, adalah praktisi dari filosofi gabungan ini – dengan jurnalisme lebih mendominasi.
2.    PEKERJAKAN MANAJER BISNIS YANG JUGA MENOMORSATUKAN WARGA. Sementara pemilik media adalah penentu akhil nilai-nilai dalam instritusi tersebut, orang-orang bisnis yang sukses juga menyebut tentang perlunya memperkejakan manajer yang punya misi sama, sekalipun menjalankan iklan atau membangun sirkulasi adalah pekerjaan yang berbeda dari menghasilkan tulisan.
3.    TETAPKAN DAN KOMUNIKASIKAN STANDAR YANG JELAS. Bahkan jika para pemilik punya misi jurnalistik yang sama, banyak perusahaan media merasa perlu untuk dengan jelas menyatakan standar mereka satu demi satu, dan sebuah atmosfer tempat orang bisnis dan orang redaksi paling tidak dalam jenjang tertentu bisa berbicara untuk memastikan mereka mengerti dan menghormati peran masing-masing.
4.    KATA AKHIR BERITA BERADA DI TANGAN WARTAWAN. Seperti halnya mereka yang telah membuat aturan tertulis yang tegas, banyak organisasi lain yang terlibat dalam produksi berita mengatakan bahwa wartawan harus memegang kata akhir untuk urusan berita – bukan bagian bisnis. Ini merupakan prinsip yang paling jelas.
5.    KOMUNIKASIKAN STANDAR YANG JELAS KEPADA PUBLIK. Kunci terakhir adalah menjadikan semuanya jelas bagi audiens – lebih dari masa lalu – tentang bagaimana organisasi berita bekerja.

JURNALISME VERIFIKASI
Intisai Jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Pada akhirnya, disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Hiburan entertaiment dan infotaiment berfokus pada hal-hal yang paling menggembirakan hati. Propaganda menyeleksi fakta atau mengarang fakta demi kepentingan yang lain, persuasi dan manipulasi. Fiksi mengarang skenario untuk sampai pada kesan yangblebih personal dari apa yang disebut kebenaran. Hanya saja jurnalisme dari awal berfokus pada pencarian berita yang setepat-tepatnya.
Hilangnya Makna Objektivitas
Barangkali karena disiplin verifikasi sangat brsifat pribadi dan begitu sering secara serampangan dikomunikasikan, ia menjadi salah satu sebab kebingunan terbesar dalam jurnalisme: konsep objektivitas. Objektivitas meminta wartawan mengembangkan sebuah metode untuk onsisten menguji informasi, pendekatan secara transparan mwnuju bukti-bukti, sehingga bias persoalan dan bias budaya tidak melemahkan akurasi berita mereka. Dengan kata lain, dalam konsep asli, metodenyalah yang objektif, bukan si wartawan. Kuncinya adalah disiplin dalam menerapkan metode dan bukan tujuannya.
Poin ini mempunyai sejumlah implikasi penting. Salah satunya adalah sikap impartial (tak berpihak) yang digunakan banyak organissasi berita, atau akrab dikenal dengan sikap penulisan yang netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Implikasi yang kedua adalah sikap netral ini, tanpa disiplin verifikasi,sebenarnya hanya menghasilkan liputan yang kosong.
Seprangkat konsep inti landasan disiplin verifikasi seperti prinsip penulisan karya ilmiah, diantaranya :
  1. Jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak ada.
  2. Jangan pernah menipu audiens.
  3. Berklakulah setransparan mungk tentang metode dan motivasi anda.
  4. Andalkan reportase anda sendiri/orisinalitas.
  5. Bersikaplah rendah hati.

INDEPENDENSI DARI FAKSI
Wartawan harus tetap independen dari ihak yang mereka liput
Hal ini berlaku bahkan pada mereka yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Independensi semangat dan pikiran inilah, dan bukannya netralitas, yang harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh wartawan. Seseorang mungkinmembayangkan bahwa wartawan bisa melaporkan sekaligus menjadi peserta dalam peristiwa tersebut, tapi realitasnya menjadi peserta mengaburkan semua tugas lain yang seharusnya dilakukannya. Melihat yang terjadi dari prespektif lain akan kian sulit. Menjadi kepercayaan dari sumber dan lawan dari pihak akan kian sulit. Hal itulah akan menjadi pengaruh besar pada pekerjaan yang disebut wartawan.

MEMANTAU KEKUASAAN DAN MEYAMBU NG LIDAH YANG TERTINDAS
Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Prinsip ini sering disalhpahami, bahkan oleh wartawan, dengan mengartikannya sebagai “susahnya orang yang senang”.  Lebih lanjut lagi prinsip anjing penjaga (watchdog) tengah terancam dalam jurnalisme dewasa ini penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi ketimbang pelayanan publik. Upaya-upaya pemantauan itu menjadi awal kerja investigatif dan ini menjadi salah satu alasan pers diberi kebebasan secara konstitusional.
Reportase Investigatif Orisinal
Reportase ini melibatkan si reporter itu sendiri yang membuka dan mendokumentasikan kegiatan yang sebelumnya tak diketahui publik. Reportase ini sering berujung pada investigasi publik tentang subjek atau aktivitas yang dipaparkan, sebuah contoh klasik pers mendesak lembaga publik atas nama publik.
Reportase Investigatif Sebagai Penuntunnya
Sekalipun semua reportase melibatkan investigasi, yang kita p[ahami sebagai jernalisme investigatif adalah mereka yang punya tambahan dimensi moral. Reportase ini menarik publik untuk menilai pembeberan yang dilakukan, dan reportase ini menyiratkan bahwa media menganggap masalah ini penting dan sepadan dengan bagaimana mendapatkannya.


JURNALISME SEBAGAI FORUM PUBLIK
Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik
Kapasitas penciptaan forum ini begitu menyebar sehingga memberi informasi tentang hampir semua aspek kerja jurnalistik, mulai dari laporan awal yang didalamnya wartawan mengingatkan publik akan suatu peristiwa atau kondisi di komunitas. Laporan ini bisa berisi analisis yang mungkin menyebutkan dampak yang akan muncul. Rasa ingin tahu yang manusiawi membuat orang bertanya-tanya sesudah membaca liputan atau acara yang terjadwal, pembeberan penyimpangan atau repotase yang kecendurangannya selalu berkembang.
Maka jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Namun saat ini yang penting dan bukannya berkurang, bahwa diskusi publik harus dibangun diatas prinsip-prinsip yang sama sebagai hanya dalam jurnalisme – kejujuran, fakta, dan verifikasi.



MENARIK DAN RELEVAN
Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
Haruskah wartawan menekankan bahwa berita adalah sesuatu yang menyenangkan, mengasikan,  dan memainkan sensasi? Atau haruskah berpegang pada yang perlu di ketengahkan dari berita adalah hal yang paling penting didalamnya?
Mendongengkan informasi bukanlah yang berlawanan mereka lebih baik dipahami sebagai dua bagian dalam sebuah komunikasi. Di satu sisi adalah cerita pengantar tidur yang wartawan karang untuk anak-anak yang mungkin tak punya arti selain melewatkan waktu bersama dengan akrab dan menyenangkan. Di sisi lain adalah data mentah – pertandingan olahraga yang berjalan, buletin komunitas, atau tabel saham – yang sama sekali tak mengandung arti.
Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang di butuhkan orang untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan enak di simak.
Dengan kata lain, tanggung jawab wartawan bukan sekedar menyediakan informasi, tapi menghadirkannya sedemikian rupa sehingga orang tertarik untuk menyimak.

JADIKAN BERITA KOMPREHENSIF DAN PROPORSIONAL
Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif.
Jurnalisme adalah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Itulah manfaat dan alasan ekonomi kehadiran jurnalisme. Konsep kartografi  ini membantu menjelaskan apa yangmenjadi tanggung jawab liputan jurnalistik. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporsionalitas.

WARTAWAN PUNYA TANGGUNG JAWAB PADA NURANI
Wartawan punya kewajiban terhadap nurani
Setiap wartawan – dari redaksi hingga dewan direksi – harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal – sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.
Bagi banyak wartawan dimensi moral ini sangat kuat karena hal inilah yang menarik mereka banyak menekuni profesi ini. Ketika mereka pertama kali berminat pada berita sering kali pada masa muda atau remaja, banyak yang tertarik ke profesi ini karena elemen yang paling mendasar – menyerukan ketidakseimbangan sistem, menggabungkan orang-orang membentuk komunitas.
Budaya kejujuran
Kemampuan wartawan untuk mengikuti nurani jauh lebih penting dari pada apapun yang mereka percayai atau keyakinan apapun yang mereka bawa kedalam pekerjaan mereka.
Tekanan terhadap nurani individu
Ada beraneka faktor pemicu yangmenjadikan ruang redaksi homogen. Salah satunya tak lain adalah sifat manusia. “ Para redaktur punya kecendurangan untuk membentuk orang dalam gambaran mereka sendiri.”  Problem lain adalah sejenis kelemahan birokratis yang melekat dalam setiap organisasi.
Membangun redaksi tempat nurani dan keberagaman bisa berkembang.
Mungkin tantangan terbesar bagi orang yang memproduksi berita adalah mengenali bahwa kesehatan jangka panjang mereka tergantung pada kualitas redaksi mereka bukan pada efisiensi semata. Kepentingan jangka panjak menarik seseorang menuju budaya redaksi yang lebih kompleks dan lebih sulit. Kualitas seorang pemilik, seorang redaktur, atau manajer pada umumnya di tentukan oleh tingkatan yang mereka tangani selama jangka waktu tersebut.

5 W + 1 H UNSUR UTAMA DALAM PENULISAN BERITA


5 W + 1 H UNSUR UTAMA DALAM PENULISAN BERITA
Sigit Surahman
Jurnalisme sering kali disebut sebagai “literature in a hurry”, kesusastraan yang terburu-buru. Dalam pekerjaan jurnalistik ada unsur tergesa-gesa, kebutuhan akan kecepatan. Munculnya surat kabar sampai sekarang hingga perkembangan teknik-teknik penulisan berita yang mengacu pada kecepatan. Pada perkembangannya muncullah radio, televisi, dan internet yang bisa dengan cepat memberikan informasi/ berita.
Unsur 5 W + 1 H dalam Lead
                                      NEWS

Alenia 1

Alenia 2, 3, 4
 Lead memang memiliki beberapa keuntungan praktis, tetapi justru bagian membuat lead itulah yang paling sulit dalam menulis berita, terutama untuk pemula. Peran lead bisa diibaratkan seperti peran etalase toko. Di dalam etalase toko itu dipajang barang-barang yang bisa dibeli. Dengan kata lain etalase berita merupakan sarana untuk memancing calon pembacanya yang disampaikan melalui lead sebuah berita yang menarik.
Itu sebabnya fungsi lead sangat penting sangat penting dalam penulisan sebuah berita, tak ubahnya seperti berperan sebagai penggoda agar memberikan daya tarik pembacanya. Istilah lain untuk lead adalah teras berita selain itu sering disebut sebagai mahkota berita. Tetapi istilah mahkota berita hampir tidak terdengar digunakan dalam kehidupan jurnalistik sehari-hari. Para redaktur lebih suka dan lebih familiar untuk menggunakan istilah lead itu untuk teras berita, karena dalam penyebutan lebih simpel dan mudah diingat.
Dalam straight news, tugas pertama dari seorang reporter dalam mengembangkan lead, atau alenia pembuka adalah menyaring unsur-unsur penting dari catatan-catatan hasil liputannya, baik pidato, peristiwa kecelakaan, fenomena alam, atau hal lain yang bisa menarik minat pembacanya.
Rumus 5W+1H yang konon sangat terkenal di dalam jurnalistik hingga sekarang ini, merupakan unsur-unsur sebuah lead yang lengkap. Tetapi hanya melihat itu saja dengan anggapan bahwa keenam unsur itu sudah mencakup semuanya belumlah cukup. Lead yang baik membutuhkan antara lain selektifitas, yaitu penentuan tentang unsur apa saja yang paling penting.
Contoh “ peristiwa pengeroyokan (Apa) yang terjadi di sebuah club malam/tempat hiburan (Bagaimana) di Kuningan Jakarta Selatan (Dimana) oleh pengunjung yang kalap (Siapa) yang sebelumnya pernah terlibat perselisihan (Mengapa) pada tengah malam (Bilamana) ketika gerombolah pemuda yang tergabung dalam sebuah geng berkumpul setiap malamnya (Siapa).
 Lead yang Menarik
            Meskipun tidak ada formula yang yang dapat diterapkan yang menjamin terciptanya lead yang bagus dan menarik, namun ada cara lain yang dapat ditempuh, yaitu dengan memainkan 5 W + 1 H, lead juga harus memiliki punch (sesuatu yang bisa menonjok). Artinya bisa membuat pembacanya merasa tercengang, terperangah, kaget, dan akhirnya muncullah rasa empati. Jadi gunakanlah kalimat sederhana tapi mengena. Buatlah seluruh lead dan seluruh isi berita itu seperti berbicara.
 Berbagai jenis Lead
  1. Lead 5W + 1H
Jenis lead 1 dan 2 biasanya digunakan/diterapkan untuk jenis berita straight news dan feature. Sedangkan lead ke 3 diterapkan untuk membuat berita straight dengan lead yang ditulis dalam bentuk feature atau semifeature.  
“AS alias Asep (25), warga Kp. Kapuk Kel. Setiabudi, Jakarta Selatan (Siapa), dibekuk jajaran Reskrim Narkoba Jakarta Selatan (Apa) di kontrakannya (Dimana), Senin (17/10) (Bilamana). AS yang mengaku sebagai wartawan kedapatan membawa paket daun ganja untuk diedarkan (Mengapa). Ketika kontrakan tersangka AS digeledah, petugas mendapatkan empat bungkus daun ganja seberat 1 kg (Bagaimana). BB alias Bobi (Siapa) AS, kabur saat penggerebekan dan hingga saat ini masih dalam pengejaran petugas (Apa).”
Dari berita diatas coba kita terapkan unsur 5W + 1H
Apa. Penangkapan telah dilakukan atas AS alias Asep (25) oleh jajaran Reskrim Narkoba Jakarta Selatan , Senin lalu (17/10). Warga Kp. Kapuk Kel. Setiabudi, Jakarta Selatan, yang mengaku wartawan ditangkap di kontrakannya karena kedapatan membawa paket daun ganja untuk diedarkan.
Dimana. Di kontrakannya di Kp. Kapuk Kel. Setiabudi, Jakarta Selatan, AS alias Asep mengaku wartawan ditangkap senin (17/10), karena kedapatan membawa paket daun ganja untuk diedarkan.
Bilamana. Senin (17/10), AS alias Asep, Warga Kp. Kapuk Kel. Setiabudi, Jakarta Selatan, dibekuk jajaran Reskrim Narkoba Jakarta Selatan di kontrakannya. AS mengaku wartawan kedapatan membawa paket daun ganja untuk diedarkan.
Mengapa. Karena kedapatan membawa paket daun ganja untuk diedarkan, AS alias Asep (25), dibekuk jajaran Reskrim Narkoba Jakarta Selatan di kontrakannya, itu mengaku sebagai wartawan.
Bagaimana. Melalui penggeledahan, jajaran Reskrim Narkoba Jakarta Selatan menemukan 4 bungkus daun ganja seberat 1 kg di kontrakan AS alias Asep (25), Warga Kp. Kapuk Kel. Setiabudi, Jakarta Selatan senin lalu (17/10). Tersangka mengaku sebagai wartawan itu kemudian di gelandang ke kantor Polisi.
  1. Lead Retorika (Rhetorical Devices)
Untuk dapat menambahkan efek dramatik suatu tulisan, kita dapat melakukan hal itu dengan cara menempatkan dan menyusun berbagai unsur satu kalimat. Misalnya “aku masuk ke dalam rumah tadi dan melihat orang gila sedang duduk di kursi tamu”
a.    Orang gila sedang duduk di kursi tamu ketika aku masuk ke dalam rumah tadi.
b.    Ketika tadi aku masuk ke dalam rumah, aku melihat orang gila sedang duiduk di kursi tamu.
c.    Tadi aku masuk ke dalam rumah dan di sana, di kursi tamu, aku melihat orang hila sedang duduk di situ.
  1. Lead Stilistik (Novelty Devices)
Lead stilistik ini merupakan jenis lead yang mencoba memberikan gambaran cerita pada si pembacanya, seolah – olah berita ini ada didepan mata si pembacanya. Ini tentunya tak luput dari kreatifitas si wartawan untuk membaca pengalaman sekitarnya, sehingga bisa memberikan gambaran peristiwa itu terjadi di depan si pembacanya.
Lead Stilistik ini bisa berupa seperti tonjokan, cerita, pertanyaan, kontras, kutipan, kepenasaran, berurutan, parodi/peribahasa.

Lead Tonjokan/Menonjok
Contohnya: “Gara – gara paket daun ganja, AS alias Asep (25) berurusan dengan polisi”
Lead Cerita/Deskriptif
Contohnya: “Gara – gara paket daun ganja, AS alias asep (25) hanya bisa mengulurkan kedua tangannya untuk diborgol polisi”
Lead Pertanyaan/Bertanya
Contohnya: “Jika seseorang kedapatan membawa paket ganja untuk diedarkan, lalu ia ditangkap polisi disebut apakah itu?  Nah itulah sebutan untuk AS alias Asep (25) yang Senin lalu (17/10) dibekuk polisi, karena kedapatan membawa paket ganja untuk diedarkan”
Lead Kontras
Contohnya: “Sebelum Senin lalu (17/10) AS alias Asep (25) memang dikenal sebagai wartawan oleh warga sekampungnya. Sekarang AS hanya seorang tersangka tindak pidana karena kedapatan membawa paket daun ganja”
Lead Kutipan
Contohnya: “Saya wartawan, saya tidak mungkin mengedarkan ganja” kata AS alias Asep (25) saat digerebek polisi Senin lalu (17/10) di kontrakannya. Setelah polisi melakukan penggeledahan dan menemukan barang bukti AS alias Asep (25) tidak bisa memungkiri perbuatannya.
Lead Kepenasaran
Contohnya: “Seorang wartawan gadungan nyaris mengecoh warga Kp. Kapuk Kel. Kuningan, Jakarta Selatan. Sudah lama warga percaya begitu saja kalau tersangka AS alias Asep (25) berprofesi sebagai wartawan. Tetapi Senin lalu (17/10) warga sekitar mengetahui kalau ternyata AS alias Asep (25) seorang pengedar ganja, yang selama ini bersembunyi dibalik profesi wartawan gadungan”
Lead beurutan
Contohnya: “AS alias Asep (25), warga Kp. Kapuk Kel. Kuningan, Jakarta Selatan, hari ini merasa tidak ada orang yang memperhatikan. Ia bersama rekannya, Bobi menenteng bungkusan besar dan pergi ke luar rumah untuk menemui seseorang. Belum beberapa langkah ia berjalan keluar dari rumahnya, dua anggota Reskrim Narkoba Jakarta Selatan yang berpakaian preman menghampirinya…..”
Lead Parodi
Contohnya: “Tak ada rotan akar pun jadi. Itulah yang dipikiran AS alias Asep (25) ketika ia mengedarkan ganja untuk mendapatkan uang sebesar – besarnya tanpa perlu bersusah payah bekerja. Akan tetapi akirnya petualangannya berakhir di bui pada Senin lalu (17/10)”

perjalanan