Thursday, July 26, 2012

9 ELEMEN JURNALISTIK


9 ELEMEN JURNALISTIK


            Tujuan utama di antara semua tujuan jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa mengatur diri sendiri,
            Untuk memenuhi tugas ini :
1.    Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
2.    Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.
3.    Intisari Jurnalisme adalah dalam Verifikasi.
4.    Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita.
5.    Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan.
6.    Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga.
7.    Jurnalismme harus berupaya membuat hal yang penting  menarik dan relevan.
8.    Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional.
9.    Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.
Untuk apa jurnalisme ada?
            Jurnalisme hadir untuk membangun kewargaan ( citizenship ). Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Jutaan orang, yang terbedayakan arus informasi bebas, menjadi terlibat langsung dalam menciptakan pemerintahan dan peraturan baru untuk kehidupan politik, sosial, dan ekonomi negeri mereka.
Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri.
            Media membantu kita mendifinisikan komunikasi kita, menciptakan bahasa yang dipakai bersama, dan pengetahuan yang berakar pada realitas, Jurnalisme juga membantu warga mengenali tujuan komunitas, mengenali para pahlawan, dan para penjahat.
PERS BEBAS DI ERA ELEKTRONIK.
Pada awal abad ke-21, apa relevansi pers bebas? Informasi begitu bebas, pengertian jurnalisme sebagai intetitas homogen bisa jadi malah ganjil. Barangkali Amandemen Pertama sendiri adalah sebuah artefak dari era yang lebih terbatas dan bersifat elite.
Yang pasti, pengertian pers sebagai penjaga gerbang informasi  - memutuskan informasi apa yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui oleh publik – tak lagi dengan tegas mendefinisikan peranan jurnalisme.
Kita punya kebutuhan mendesak untuk mendapatkan sejumlah titik didalam dunia yang kian menggila. Brown menjelaskan bahwa wartawan membutuhkan “  kemampuan untuk melihat persoalan-persoalan dari beragam sudut pandang dan kemampuan untuk sampai pada inti ” masalah. Futuris Paul Saffo menggambarkan tugas ini sebagai menerapkan penyidikan dan penilaian jurnalistik “ untuk sampai pada kesimpulan dalam lingkungan yang tak menentu. “
Wartawan era baru tak lagi memutuskan apa yang seharusnya diketahui publik. Dia membantu audiens mengerti secara runtut apa yang seharusnya mereka ketahui. Hal ini secara tak langsung berarti menambahkan interpretasi atau analisis pada sebuah laporan berita. Lebih tepat jika disebut tugas pertama wartawan era baru adalah memverifikasi apakah informasinya bisa dipercaya, lantas meruntutkannya sehingga warga bisa memahaminya secara efisien.
Kebenaran : Prinsip Pertama dan Paling membingungkan
Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
            Pada ihwal ini ada kebulatan suara mutlak dan juga kebingunan yang sempurna : semua orang setuju wartawan harus menyampaikan kebenaran. Namun orang berselisih paham tentang apa yang dimaksudkan dengan “ kebenaran.“ 
            Keinginan agar informasi merupakan kebenaran adalah elementer. Berita adalah materi yang digunakan orang untuk mempelajari dan berpikir tentang dunia di luar diri diri mereka, maka kualitas terpenting berita adalah bisa digunakan dan diandalkan.
            Fungsi berita adalah mendai suara peristiwa, “ atau membuat orang sadar atas hal itu. “ Fungsi kebenaran adalah menerangi fakta-fakta tersembunyi, menghubungkannya satu satu sama lain, dan membuat sebuah gambaran realitas yang dari sini orang bisa bertindak.”
            Dan, “kebenaran jurnalistik” ini – adalah lebih dari sekadar akurasi. Ini adalah pekerjaan sortir yang berkembang antara cerita pertama dan interaksinya di tengah publik, pembuat berita, dan wartawan sepanjang waktu. Prinsip pertama jurnalisme ini – pengejaran kebenaran tidak berat sebelah – adalah yang paling membedakannya dari semua bentuk komunikasi lain.
            Hal inilah yang dikejar jurnalisme – bentuk kebenaran yang bisa dipraktikkan dan fungsional. Ini bukan kebenaran dalam pengertian mutlak atau filosofis. Ini bukan kebenaran ala persamaan kimiawi. Namun jurnalisme bisa – dan harus – mengejar kebenaran di dalam pengertian yang bisa kita jalankan dari hari ke hari.
Memahami kebenaran jurnalistik sebagai sebuah proses – atau perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman – sebenarnya lebih membantu dan lebih realistis, dan hal itu dimulai dengan berita yang timbul pada hari pertama dan perkembangan selanjutnya.
            Berita hari-hari pertama menunjukan peristiwa atau kecendurangan yang baru. Mereka mungkin mulai dengan melaporkan sesuatu yang sederhana, sebuah pertemuan atau kecelakaan lalu lintas. Waktu dan tempat kecelakaan, kerusakan yang di timbulkannya, jenis kendaraan, penahanan, kondisi cuaca dan jalan yang tak biasa – yang   semuanya terlihat sebagai penampakan fisik luar sebuah kasus – semua fakta ini bsa dicatat dan diperiksa. Begitu mereka memverifikasi faktafakta, para reporter beruapaya untuk menyampaikan laporan yang jujur dan dapat diandalkan dari makna kejadian, yang valid untuk saan ini, dan bisa menjadi subjek untuk reportase lebih lanjut.
Untuk Siapa Wartawan bekerja
Loyalitas peertama jurnalisme kepada warga.
            Komitmen kepada warga ( citizen ) lebih besar ketimbang egoism professional. Tersirat di dalamnya perjanjian dengan publik, yang menyatakan kepada audiens bahwa ulasan filmnya jujur, bahwa ulasan restorannya tak terpengaruhi oleh pemasang iklan, dan liputannya tidak untuk kepentingan pribadi atau condong untuk kepentingan teman-teman. Pengertian bahwa orang-orang yang mencari dan melaporkan berita tak dihalangi saat menggali dan menyampaikan kebenaran – bahkan oleh resiko terganggunya kepentingan bisnis lain dari si pemilik media – adalah syarat mutlak penyampaian berita, tidak hanya akurat tetapi juga persuasif. Inilah alasan kita, selaku warga masyarakat, untuk mempercayai sebuah organisasi berita. Ini adalah sumber kredibilitas mereka. Ringkasasnya, hal ini adalah aset sebuah perusahaan media dan orang-orang yang bekerja didalamnya.
            Kesetiaan kepada warga ini adalah makna yang kita sebut independensi jurnalistik. Seperti yang akan kita lihat, istilah tersebut sering dipakai sebagai sinonim untuk gagasan-gagasan lain, termasuk ketidakterikatan, tidak berat sebelah, dan ketidakberpihakan.
1.    PEMILIK/PERUSAHAAN HARUS MENOMORSATUKAN WARGA. Daripada mengasingkan redaksi dari bagian usaha, ada cara lain yang bisa membuat jurnalisme berjalan dalam kondisi terbaiknya, yaitu saat kedua belah pihak setia pada nilai-nilai profesi ini – bukan satu sisi untuk bisnis dan sisi lain untuk pelayanan publik. Sejarah mengisyaratkan hal ini bisa berjalan hanya ketika pemilik perusahaan benar-benar mempercayai inti nilai-nilai jurnalisme sebagai prioritas pertama.
            Bahkan beberapa orang yang katakanlah membela pagar api ini, dalam realitas, adalah praktisi dari filosofi gabungan ini – dengan jurnalisme lebih mendominasi.
2.    PEKERJAKAN MANAJER BISNIS YANG JUGA MENOMORSATUKAN WARGA. Sementara pemilik media adalah penentu akhil nilai-nilai dalam instritusi tersebut, orang-orang bisnis yang sukses juga menyebut tentang perlunya memperkejakan manajer yang punya misi sama, sekalipun menjalankan iklan atau membangun sirkulasi adalah pekerjaan yang berbeda dari menghasilkan tulisan.
3.    TETAPKAN DAN KOMUNIKASIKAN STANDAR YANG JELAS. Bahkan jika para pemilik punya misi jurnalistik yang sama, banyak perusahaan media merasa perlu untuk dengan jelas menyatakan standar mereka satu demi satu, dan sebuah atmosfer tempat orang bisnis dan orang redaksi paling tidak dalam jenjang tertentu bisa berbicara untuk memastikan mereka mengerti dan menghormati peran masing-masing.
4.    KATA AKHIR BERITA BERADA DI TANGAN WARTAWAN. Seperti halnya mereka yang telah membuat aturan tertulis yang tegas, banyak organisasi lain yang terlibat dalam produksi berita mengatakan bahwa wartawan harus memegang kata akhir untuk urusan berita – bukan bagian bisnis. Ini merupakan prinsip yang paling jelas.
5.    KOMUNIKASIKAN STANDAR YANG JELAS KEPADA PUBLIK. Kunci terakhir adalah menjadikan semuanya jelas bagi audiens – lebih dari masa lalu – tentang bagaimana organisasi berita bekerja.

JURNALISME VERIFIKASI
Intisai Jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Pada akhirnya, disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Hiburan entertaiment dan infotaiment berfokus pada hal-hal yang paling menggembirakan hati. Propaganda menyeleksi fakta atau mengarang fakta demi kepentingan yang lain, persuasi dan manipulasi. Fiksi mengarang skenario untuk sampai pada kesan yangblebih personal dari apa yang disebut kebenaran. Hanya saja jurnalisme dari awal berfokus pada pencarian berita yang setepat-tepatnya.
Hilangnya Makna Objektivitas
Barangkali karena disiplin verifikasi sangat brsifat pribadi dan begitu sering secara serampangan dikomunikasikan, ia menjadi salah satu sebab kebingunan terbesar dalam jurnalisme: konsep objektivitas. Objektivitas meminta wartawan mengembangkan sebuah metode untuk onsisten menguji informasi, pendekatan secara transparan mwnuju bukti-bukti, sehingga bias persoalan dan bias budaya tidak melemahkan akurasi berita mereka. Dengan kata lain, dalam konsep asli, metodenyalah yang objektif, bukan si wartawan. Kuncinya adalah disiplin dalam menerapkan metode dan bukan tujuannya.
Poin ini mempunyai sejumlah implikasi penting. Salah satunya adalah sikap impartial (tak berpihak) yang digunakan banyak organissasi berita, atau akrab dikenal dengan sikap penulisan yang netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Implikasi yang kedua adalah sikap netral ini, tanpa disiplin verifikasi,sebenarnya hanya menghasilkan liputan yang kosong.
Seprangkat konsep inti landasan disiplin verifikasi seperti prinsip penulisan karya ilmiah, diantaranya :
  1. Jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak ada.
  2. Jangan pernah menipu audiens.
  3. Berklakulah setransparan mungk tentang metode dan motivasi anda.
  4. Andalkan reportase anda sendiri/orisinalitas.
  5. Bersikaplah rendah hati.

INDEPENDENSI DARI FAKSI
Wartawan harus tetap independen dari ihak yang mereka liput
Hal ini berlaku bahkan pada mereka yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Independensi semangat dan pikiran inilah, dan bukannya netralitas, yang harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh wartawan. Seseorang mungkinmembayangkan bahwa wartawan bisa melaporkan sekaligus menjadi peserta dalam peristiwa tersebut, tapi realitasnya menjadi peserta mengaburkan semua tugas lain yang seharusnya dilakukannya. Melihat yang terjadi dari prespektif lain akan kian sulit. Menjadi kepercayaan dari sumber dan lawan dari pihak akan kian sulit. Hal itulah akan menjadi pengaruh besar pada pekerjaan yang disebut wartawan.

MEMANTAU KEKUASAAN DAN MEYAMBU NG LIDAH YANG TERTINDAS
Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Prinsip ini sering disalhpahami, bahkan oleh wartawan, dengan mengartikannya sebagai “susahnya orang yang senang”.  Lebih lanjut lagi prinsip anjing penjaga (watchdog) tengah terancam dalam jurnalisme dewasa ini penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi ketimbang pelayanan publik. Upaya-upaya pemantauan itu menjadi awal kerja investigatif dan ini menjadi salah satu alasan pers diberi kebebasan secara konstitusional.
Reportase Investigatif Orisinal
Reportase ini melibatkan si reporter itu sendiri yang membuka dan mendokumentasikan kegiatan yang sebelumnya tak diketahui publik. Reportase ini sering berujung pada investigasi publik tentang subjek atau aktivitas yang dipaparkan, sebuah contoh klasik pers mendesak lembaga publik atas nama publik.
Reportase Investigatif Sebagai Penuntunnya
Sekalipun semua reportase melibatkan investigasi, yang kita p[ahami sebagai jernalisme investigatif adalah mereka yang punya tambahan dimensi moral. Reportase ini menarik publik untuk menilai pembeberan yang dilakukan, dan reportase ini menyiratkan bahwa media menganggap masalah ini penting dan sepadan dengan bagaimana mendapatkannya.


JURNALISME SEBAGAI FORUM PUBLIK
Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik
Kapasitas penciptaan forum ini begitu menyebar sehingga memberi informasi tentang hampir semua aspek kerja jurnalistik, mulai dari laporan awal yang didalamnya wartawan mengingatkan publik akan suatu peristiwa atau kondisi di komunitas. Laporan ini bisa berisi analisis yang mungkin menyebutkan dampak yang akan muncul. Rasa ingin tahu yang manusiawi membuat orang bertanya-tanya sesudah membaca liputan atau acara yang terjadwal, pembeberan penyimpangan atau repotase yang kecendurangannya selalu berkembang.
Maka jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Namun saat ini yang penting dan bukannya berkurang, bahwa diskusi publik harus dibangun diatas prinsip-prinsip yang sama sebagai hanya dalam jurnalisme – kejujuran, fakta, dan verifikasi.



MENARIK DAN RELEVAN
Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
Haruskah wartawan menekankan bahwa berita adalah sesuatu yang menyenangkan, mengasikan,  dan memainkan sensasi? Atau haruskah berpegang pada yang perlu di ketengahkan dari berita adalah hal yang paling penting didalamnya?
Mendongengkan informasi bukanlah yang berlawanan mereka lebih baik dipahami sebagai dua bagian dalam sebuah komunikasi. Di satu sisi adalah cerita pengantar tidur yang wartawan karang untuk anak-anak yang mungkin tak punya arti selain melewatkan waktu bersama dengan akrab dan menyenangkan. Di sisi lain adalah data mentah – pertandingan olahraga yang berjalan, buletin komunitas, atau tabel saham – yang sama sekali tak mengandung arti.
Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang di butuhkan orang untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan enak di simak.
Dengan kata lain, tanggung jawab wartawan bukan sekedar menyediakan informasi, tapi menghadirkannya sedemikian rupa sehingga orang tertarik untuk menyimak.

JADIKAN BERITA KOMPREHENSIF DAN PROPORSIONAL
Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif.
Jurnalisme adalah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Itulah manfaat dan alasan ekonomi kehadiran jurnalisme. Konsep kartografi  ini membantu menjelaskan apa yangmenjadi tanggung jawab liputan jurnalistik. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporsionalitas.

WARTAWAN PUNYA TANGGUNG JAWAB PADA NURANI
Wartawan punya kewajiban terhadap nurani
Setiap wartawan – dari redaksi hingga dewan direksi – harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal – sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.
Bagi banyak wartawan dimensi moral ini sangat kuat karena hal inilah yang menarik mereka banyak menekuni profesi ini. Ketika mereka pertama kali berminat pada berita sering kali pada masa muda atau remaja, banyak yang tertarik ke profesi ini karena elemen yang paling mendasar – menyerukan ketidakseimbangan sistem, menggabungkan orang-orang membentuk komunitas.
Budaya kejujuran
Kemampuan wartawan untuk mengikuti nurani jauh lebih penting dari pada apapun yang mereka percayai atau keyakinan apapun yang mereka bawa kedalam pekerjaan mereka.
Tekanan terhadap nurani individu
Ada beraneka faktor pemicu yangmenjadikan ruang redaksi homogen. Salah satunya tak lain adalah sifat manusia. “ Para redaktur punya kecendurangan untuk membentuk orang dalam gambaran mereka sendiri.”  Problem lain adalah sejenis kelemahan birokratis yang melekat dalam setiap organisasi.
Membangun redaksi tempat nurani dan keberagaman bisa berkembang.
Mungkin tantangan terbesar bagi orang yang memproduksi berita adalah mengenali bahwa kesehatan jangka panjang mereka tergantung pada kualitas redaksi mereka bukan pada efisiensi semata. Kepentingan jangka panjak menarik seseorang menuju budaya redaksi yang lebih kompleks dan lebih sulit. Kualitas seorang pemilik, seorang redaktur, atau manajer pada umumnya di tentukan oleh tingkatan yang mereka tangani selama jangka waktu tersebut.

No comments:

Post a Comment


perjalanan