B.
PEMBAHASAN
- Sejarah dan Perkembangan Fotografi
Perkembangan fotografi di Indonesia
bermula dari masa penjajahan dan para fotografer pada zaman “VOC” bukan dari
kalangan awam kebanyakan mereka (orang Indonesia) berasal dari kalangan kelas
menengah dan pernah belajar di sekolah-sekolah didikan Hindia-Belanda serta
banyak fotografer Indonesia yang berdarah atau keturunan Belanda.
Lahirnya
fotografi di Indonesia dipelopori oleh IPPHOS (Indonesian Press Photographic Service) yaitu sebuah perusahaan
swasta yang mendokumentasi perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka.
Perusahaan ini didirikan oleh 2 orang bersaudara yaitu : Alex Mendur dan Frans
Mendur yang sekaligus fotografernya pada tahun 1945-1946. Selain itu Lembaga
Kantor Berita Antara yang berdiri tahun 1937 yang dulunya hanya berjualan
berita teks, pada tahun 1945 mulai menjual foto-foto berita hingga hari ini.
Kebanyakan
karya-karya foto mereka berkutat pada momen sejarah yang terjadi di Indonesia,
bisa dilihat banyak karya-karya foto mereka yang menjadi saksi bisu dalam
buku-buku sejarah khususnya yang banyak memuat foto-foto yang berkenaan dengan
perang & detik-detik proklamasi kemerdekaan.
Pada zaman
dahulu foto begitu penting dan sangat “mahal”, karena foto-foto sejarah adalah
momen yang abadi. Fotografi pada zaman dahulu merupakan ilmu dan kemampuan yang
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja, namun seiring dangan
berkembangnya zaman dunia fotografi mulai didalami oleh semua kalangan.
Kata fotografi itu
sendiri diambil dari Yunani yaitu : kata Photos
yang berarti sinar atau cahaya, dan Graphos
yang bararti gambar. Dalam seni rupa dapat didefinisikan, fotografi adalah sebuah
proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada
media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah
kamera. Asal
mulanya fotografi seperti yang kita kenal hingga sekarang adalah hasil dari
penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua
dalam bidang kimia menghasilkan film. Kedua penemuan itu awalnya tidak ada
hubungannya satu sama lain dan sebelum masing – masing sampai kepada
kesempurnaannya seperti yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan
penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera
maupun oleh film. Teknologi
yang terus mengalami perkembangan, khususnya teknologi kamera untuk keperluan
fotografi. Dari fotografi analog yang mengandalkan film, sekarang fotografi
sudah beralih ke penggunaan kamera digital. Penggunaan kamera digital
yang praktis tidak lagi membuat pemotret kehilangan momen-momen yang tepat. Dan
dengan mengoptimalkan kemampuan kamera saku digital sekalipun, kita bisa
mendapatkan hasil foto sebagus hasil fotografer profesional.
2. Komunikasi Visual
2.1. Teori-Teori
Komunikasi Visual
Seni berkomunikasi (Arts of Commmunication)
dengan menggunakan bahasa gambar untuk menyampaikan suatu pesan dan disampaikan
melalui media fotografi yang bertujuan menginformasikan, mempersuasi,
mempengaruhi, hingga merubah perilaku sasaran sesuai dengan yang diinginkan.
Bahasa rupa tersebut, dominan berwujud image,
tanda / simbol atau unsur
lainya; yang tersusun berdasarkan kaidah / prinsip berbahasa yang khas /
tersendiri. Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan
komunikatif serta mengandung solusi (alternatif) untuk permasalahan
yang hendak disampaikan (sosial maupun komersial). Terjadinya pergeseran
pengertian dan pemaknaan fotografi menjadi media komunikasi visual, karena
berkembangnya keilmuan itu sendiri.
Pendekatan “Omniphasic”, teori Rick
Williams pada komunikasi visual adalah salah satu dari beberapa hipotesis teori
komunikasi visual yang sangat bernilai bagi kita. Penjelasan “Omniphasisme”
berkenaan dengan belajar keseimbangan dari dual sistem kognitif yaitu rasional
intuitif, yang dipakai oleh otak manusia untuk mengerti segala yang dialami. Proses
komunikasi visual hendaknya dimengerti secara luas : identifikasi teori-teori,
prinsip dan teknik-teknik yang membantu dalam pemecahan masalah-maslaah visual,
antara lain :
a. Teori
komunikasi, membantu dalam menyusun masalah yang dihadapi dalam hubugnan dengan
pesan yang dimaksud dengan khalayak sasaran.
b. Teori
semiotika, membantu dalam membentuk dasar struktural dengan mengidentifikasi
dan mewujudkan menjadi bentuk atau figur yang dapat dikenali.
c. Teori
persepsi, membantu dalam membentuk dasar struktural dengan mengindentifikasi
dan mewujudkan menjadi bentuk atau figur yang dapat dikenali.
d. Prinsip
organisasi visual, membantu dalam membangun hubungan antara unsur-unsur visual
(titik, garis, bidang, warna, dan sebagainaya) dalam proses penciptaan pesan
yang diinginkan.
e. Estetika
bentuk, terdiri dati kualitas bentuk-bentuk intrinsik, seperti ukuran,
proporsi, tekstur, warna.
f. Teori kausal
: teori mempunyai dan disebabkan oleh obyek-obyek yang ada secara eksternal
yang merangsang organ-organ indra kita untuk merespon suatu benda yang
menimbulkan efek sebab akibat (kausalitas).
g. Teori
kreatif, konstruktif : persepsi-persepsi disebabkan oleh pikiran dan hanya
sejauh pikiran memilikinya.
h. Teori selektif
: Persepsi merupakan kompleks sensa (kumpulan hasil penginderaan) yang
diseleksi oleh pikiran secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan teratur.
2.2. Fotografi sebagai Media Komunikasi
Visual
Public Relations (PR) sebagai seorang fotografer yang
dituntut harus bisa dan mampu bekerja dengan teknik dan peralatan kerja yang dimilikinya
secermat mungkin. Segala sesuatau pekerjaan harus dilakukan dengan ketelitian
yang optimal, sekecil apapun kelalaian atau ketidaktahuan seorang PR sedikit
banyak akan langsung memengaruhi hasil foto. Fotografi ini memang tidak bisa
dengan mudah dipelajari dalam waktu yang singkat, dibutuhkan ketekunan,
ketelitian, usaha dan kerja keras bagi seorang PR untuk bisa menguasai teknik
dan estetika fotografi. Pengalaman yang akan mengajarkannya kepada PR bagaimana
bekerja dengan kamera digital yang efektif. Bagaimana menghadapi berbagai
kondisi pemotretan, termasuk kondisi lingkungan dan cahaya yang kurang
menguntungkan.
Melalui
pengalamannya, PR akan paham caranya memilih dan menata berbagai objek di alam
menjadi suatu hasil foto yang menawan untuk menjadi sebuah dokumentasi. Karena
kemampuan utama untuk menjadi seorang fotografer adalah memahami pencahayaan
optimal. Kemampuan ini merupakan hal paling pokok dan penting dalam fotografi.
Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kepekaan artistik dalam waktu yang
cukup panjang, harus dipelajari secara bertahap.
Maka
apabila seorang PR yang sedang mencari bahan untuk dokumentasi sebaiknya selalu
membawa kamera kemanapun, karena tidak tahu momen atau hal yang akan ditemui
nantinya. Karena dengan banyak melihat suatu objek maka wawasan seorang PR juga
akan semakin kaya untuk menumbuhkan potensi diri. Tetapi seorang Jurnalis / Public Relations / Fotografer
profesional adalah seorang yang melakukan riset terhadap subjek, mampu
menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya. Itu
semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian
detik dan mustahil untuk diulang kembali.
Etika,
empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada
dalam diri PR. Seorang Jurnalis / Public Relations
/ Fotografer foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat
karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa
harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa
memanipulasi foto tersebut. Sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat
komunikasi visual dimana oleh orang-orang PR dapat digunakan sebagai bahan
publisitas yang bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan
secara jelas buah pikiran dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang PR
ketika membuat artikel-artikel tertentu.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Fotografi
Fotografi
sebagai media komunikasi visual dalam Public Relations (PR) memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan media foto
ini adalah sifatnya konkret; lebih realistis menunjukan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal
semata. Melalui fotografi seorang PR dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
ruang, waktu, dan momen-momen yang terjadi di sekitarnya. Kelebihan lain dari
media gambar atau foto adalah mendukung atau lebih memperjelas dari teks atau
tulisan. Dengan adanya gambar atau foto, paling tidak pembaca media cetak bisa
mengetahui keadaan atau kejadian tersebut meskipun tidak secara menyeluruh. Gambar
atau foto biasanya dimaknai oleh khalayak dengan berbeda- beda. Sehingga
menimbulkan pemahaman yang berbeda pula antara khalayak yang satu dengan yang
lainnya. Kadang juga bersifat ambigu, dimana maksud dari pemotret atau
pengambil gambar berbeda dengan yang melihat foto atau gambar tersebut. Selain
itu kelebihan fotografi adalah mampu
merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di dalamnya.
Adapun kekurangan dari media gambar atau foto ini adalah :
Media ini tidak akan terbaca dengan jelas jika tidak diberi penjelasan yang
detail, baik dari segi waktu (hari, tanggal) atau segi kuantitas, jadi gambar
tidak bisa mudah terbaca dengan detail jika tidak di dukung dengan teks atau
tulisan. Hasil foto / gambar pada umumnya lebih menarik daripada tulisan dan
mudah di ingat oleh khalayak yang melihatnya. Selain itu kekurangan fotografi adalah apabila fotografer
atau seorang PR tidak bisa mendapatkan gambar/foto dengan baik, maka foto yang
dihasilkan tidak bisa menyampaikan pesan yang akan disampaikan.
C.
KESIMPULAN
DAN SARAN
- Kesimpulan
Dapat
disimpukan bahwa, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai
obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Salah satu kelebihan fotografi
adalah mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di
dalamnya. Sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual
dimana oleh orang-orang PR dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang
bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah
pikiran dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang PR ketika membuat
artikel-artikel tertentu.
Persiapan yang matang
sangat diperlukan bagi seorang PR dalam sebuah pendokumentasian kegiatan
atau momen-momen, mulai dari peralatan, skill, riset, analisis data, wawancara, konsep pemotretan, proses penciptaan atau proses produksi
media komunikasi visual dengan fotografi. Semua itu harus dilakukan dan dipersiapkan untuk meminimalisir kemungkinan
melesetnya target produksi media komunikasi visual dengan
menggunakan fotografi.
- Saran
Melihat perkembangan
komunikasi yang semakin meningkat, membuat seorang Public Relations harus
dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang digunakan, baik dengan
menggunakan komunikasi interpersonal maupun dengan menggunakan komunikasi massa
melalui media fotografi. Dalam proses komunikasi, diharapkan seorang Public
Relations dapat mengetahui kondisi atau situasi, tempat, dan lain
sebagainya agar pesan yang akan disampaikan dari foto tersebut dapat diterima
dengan baik.
Kepekaan terhadap
lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membuat sebuah karya fotografi
essay. Pencarian dan pengembangan sebuah ide bisa berangkat dari pengamatan kejadian sehari-hari yang ada
dilingkungan, berawal dari pengamatan kemudian diolah menjadi sebuah karya
fotografi essay. Pendokumentasian suatu objek, event, atau elemen
kehidupan yang terjadi dan mungkin tidak selalu aktual. Terkadang tema dari sebuah fotografi
essay bermula dari peristiwa yang tidak
aktual dan bahkan menjadi aktual setelah peristiwa itu direpresentasikan dalam
bentuk karya
foto.
Bebarapa hal yang bisa
disarankan untuk siapa saja yang ingin mencoba untuk membuat sebuah karya
fotografi essay antara lain:
1. Pemahaman tentang ide dan gagasan yang akan dipilih
sebagai tema dipelajari sebaik mungkin untuk memudahkan seorang
Public Relations membuat alur cerita dan konsep pemotretan.
2. Sebaiknya mencari dan mempelajari referensi beberapa
struktur bentuk cerita dan berbagai gaya pengemasan karya
fotografi essay. Hal ini
dimaksudkan untuk membuat ciri khas pada setiap karya foto yang akan di produksi untuk memberikan nilai pendidikan,
komersil, dan hiburan.
3. Pada saat pemotretan dilakukan pengarahan terlebih dahulu kepada seluruh talent
dan crew yang terlibat.
4. Peralatan teknis yang digunakan sebaiknya dipersiapkan
jauh-jauh hari agar pada saat pelaksanaan pemotretan tidak terbengkalai
DAFTAR PUSTAKA
Devereaux, Leslie.,
Hilman, Roger., Field of Vision : Essay
in Film Studies, Visual Anthropology, and Photography, University Of
California Press, Berkeley/Los Angeles/London, 1995.
M. Lisni, Reza, Fotografi : Sebuah Awal, Anika Bahagia Press, Surabaya, 2005.
Baksin, Askurifai., Jurnalistik
Televisi, Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006.
Anggraeni N., Thomas Alva Edison dan 1001 Temuannya,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.
Sedayu, G., Fotografi Jusnalistik sebagai Media Komunikasi,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2008.
Rumanti, Sr.
Maria Assumpta., Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktik. PT
Grasindo, Jakarta, 2005
Bill Kovack, Tom
Reserntiel., The Element Of Jurnalism,
Crown Publisher, New York, 2001.
Iskandar Muda, Deddy., Jurnalistik
Televisi, Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
2003.
Koencoroningrat., Pengantar
Ilmu Antropologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Hapiz Hilman A.,
Perkembangan Fotografi Di Indonesia,
Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, 2008.
DAFTAR
PUSTAKA ON-LINE
mantabs
ReplyDeleteWow..
ReplyDeletebagus nih mas...sangat bermanfaat buat saya
thangss share nyaa...