Sunday, July 22, 2012

LANJUTAN -- PENTINGNYA FOTOGRAFI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL DALAM BIDANG PUBLIC RELATIONS


B.   PEMBAHASAN 
  1. Sejarah dan Perkembangan Fotografi
 Perkembangan fotografi di Indonesia bermula dari masa penjajahan dan para fotografer pada zaman “VOC” bukan dari kalangan awam kebanyakan mereka (orang Indonesia) berasal dari kalangan kelas menengah dan pernah belajar di sekolah-sekolah didikan Hindia-Belanda serta banyak fotografer Indonesia yang berdarah atau keturunan Belanda.
Lahirnya fotografi di Indonesia dipelopori oleh IPPHOS (Indonesian Press Photographic Service) yaitu sebuah perusahaan swasta yang mendokumentasi perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Perusahaan ini didirikan oleh 2 orang bersaudara yaitu : Alex Mendur dan Frans Mendur yang sekaligus fotografernya pada tahun 1945-1946. Selain itu Lembaga Kantor Berita Antara yang berdiri tahun 1937 yang dulunya hanya berjualan berita teks, pada tahun 1945 mulai menjual foto-foto berita hingga hari ini.
Kebanyakan karya-karya foto mereka berkutat pada momen sejarah yang terjadi di Indonesia, bisa dilihat banyak karya-karya foto mereka yang menjadi saksi bisu dalam buku-buku sejarah khususnya yang banyak memuat foto-foto yang berkenaan dengan perang & detik-detik proklamasi kemerdekaan.
Pada zaman dahulu foto begitu penting dan sangat “mahal”, karena foto-foto sejarah adalah momen yang abadi. Fotografi pada zaman dahulu merupakan ilmu dan kemampuan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja, namun seiring dangan berkembangnya zaman dunia fotografi mulai didalami oleh semua kalangan.
Kata fotografi itu sendiri diambil dari Yunani yaitu : kata Photos yang berarti sinar atau cahaya, dan Graphos yang bararti gambar. Dalam seni rupa dapat didefinisikan, fotografi adalah sebuah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Asal mulanya fotografi seperti yang kita kenal hingga sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang kimia menghasilkan film. Kedua penemuan itu awalnya tidak ada hubungannya satu sama lain dan sebelum masing – masing sampai kepada kesempurnaannya seperti yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film. Teknologi yang terus mengalami perkembangan, khususnya teknologi kamera untuk keperluan fotografi. Dari fotografi analog yang mengandalkan film, sekarang fotografi sudah beralih ke penggunaan kamera digital. Penggunaan  kamera digital yang praktis tidak lagi membuat pemotret kehilangan momen-momen yang tepat. Dan dengan mengoptimalkan kemampuan kamera saku digital sekalipun, kita bisa mendapatkan hasil foto sebagus hasil fotografer profesional.

 2.   Komunikasi Visual
2.1. Teori-Teori Komunikasi Visual
Seni berkomunikasi (Arts of Commmunication) dengan menggunakan bahasa gambar untuk menyampaikan suatu pesan dan disampaikan melalui media fotografi yang bertujuan menginformasikan, mempersuasi, mempengaruhi, hingga merubah perilaku sasaran sesuai dengan yang diinginkan. Bahasa rupa tersebut, dominan berwujud image, tanda / simbol atau unsur lainya; yang tersusun berdasarkan kaidah / prinsip berbahasa yang khas / tersendiri. Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif  serta  mengandung solusi (alternatif) untuk permasalahan yang hendak disampaikan (sosial maupun komersial). Terjadinya pergeseran pengertian dan pemaknaan fotografi menjadi media komunikasi visual, karena berkembangnya keilmuan itu sendiri.
Pendekatan “Omniphasic”, teori Rick Williams pada komunikasi visual adalah salah satu dari beberapa hipotesis teori komunikasi visual yang sangat bernilai bagi kita. Penjelasan “Omniphasisme” berkenaan dengan belajar keseimbangan dari dual sistem kognitif yaitu rasional intuitif, yang dipakai oleh otak manusia untuk mengerti segala yang dialami. Proses komunikasi visual hendaknya dimengerti secara luas : identifikasi teori-teori, prinsip dan teknik-teknik yang membantu dalam pemecahan masalah-maslaah visual, antara lain :
a. Teori komunikasi, membantu dalam menyusun masalah yang dihadapi dalam hubugnan dengan pesan yang dimaksud dengan khalayak sasaran.
b. Teori semiotika, membantu dalam membentuk dasar struktural dengan mengidentifikasi dan mewujudkan menjadi bentuk atau figur yang dapat dikenali.
c. Teori persepsi, membantu dalam membentuk dasar struktural dengan mengindentifikasi dan mewujudkan menjadi bentuk atau figur yang dapat dikenali.
d. Prinsip organisasi visual, membantu dalam membangun hubungan antara unsur-unsur visual (titik, garis, bidang, warna, dan sebagainaya) dalam proses penciptaan pesan yang diinginkan.
e. Estetika bentuk, terdiri dati kualitas bentuk-bentuk intrinsik, seperti ukuran, proporsi, tekstur, warna.
f. Teori kausal : teori mempunyai dan disebabkan oleh obyek-obyek yang ada secara eksternal yang merangsang organ-organ indra kita untuk merespon suatu benda yang menimbulkan efek sebab akibat (kausalitas).
g. Teori kreatif, konstruktif : persepsi-persepsi disebabkan oleh pikiran dan hanya sejauh pikiran memilikinya.
h. Teori selektif : Persepsi merupakan kompleks sensa (kumpulan hasil penginderaan) yang diseleksi oleh pikiran secara sadar atau tidak sadar dan dijadikan teratur.

 2.2.  Fotografi sebagai Media Komunikasi Visual        
Public Relations (PR) sebagai seorang fotografer yang dituntut harus bisa dan mampu bekerja dengan teknik dan peralatan kerja yang dimilikinya secermat mungkin. Segala sesuatau pekerjaan harus dilakukan dengan ketelitian yang optimal, sekecil apapun kelalaian atau ketidaktahuan seorang PR sedikit banyak akan langsung memengaruhi hasil foto. Fotografi ini memang tidak bisa dengan mudah dipelajari dalam waktu yang singkat, dibutuhkan ketekunan, ketelitian, usaha dan kerja keras bagi seorang PR untuk bisa menguasai teknik dan estetika fotografi. Pengalaman yang akan mengajarkannya kepada PR bagaimana bekerja dengan kamera digital yang efektif. Bagaimana menghadapi berbagai kondisi pemotretan, termasuk kondisi lingkungan dan cahaya yang kurang menguntungkan.
Melalui pengalamannya, PR akan paham caranya memilih dan menata berbagai objek di alam menjadi suatu hasil foto yang menawan untuk menjadi sebuah dokumentasi. Karena kemampuan utama untuk menjadi seorang fotografer adalah memahami pencahayaan optimal. Kemampuan ini merupakan hal paling pokok dan penting dalam fotografi. Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kepekaan artistik dalam waktu yang cukup panjang, harus dipelajari secara bertahap.
Maka apabila seorang PR yang sedang mencari bahan untuk dokumentasi sebaiknya selalu membawa kamera kemanapun, karena tidak tahu momen atau hal yang akan ditemui nantinya. Karena dengan banyak melihat suatu objek maka wawasan seorang PR juga akan semakin kaya untuk menumbuhkan potensi diri. Tetapi seorang Jurnalis / Public Relations / Fotografer profesional adalah seorang yang melakukan riset terhadap subjek, mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya. Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.
Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri PR. Seorang Jurnalis / Public Relations / Fotografer foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut. Sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual dimana oleh orang-orang PR dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang PR ketika membuat artikel-artikel tertentu.
 

2.3.  Kelebihan dan Kekurangan Fotografi
Fotografi sebagai media komunikasi visual dalam Public Relations (PR) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media foto ini adalah sifatnya konkret; lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. Melalui fotografi seorang PR dapat mengatasi keterbatasan pengamatan ruang, waktu, dan momen-momen yang terjadi di sekitarnya. Kelebihan lain dari media gambar atau foto adalah mendukung atau lebih memperjelas dari teks atau tulisan. Dengan adanya gambar atau foto, paling tidak pembaca media cetak bisa mengetahui keadaan atau kejadian tersebut meskipun tidak secara menyeluruh. Gambar atau foto biasanya dimaknai oleh khalayak dengan berbeda- beda. Sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda pula antara khalayak yang satu dengan yang lainnya. Kadang juga bersifat ambigu, dimana maksud dari pemotret atau pengambil gambar berbeda dengan yang melihat foto atau gambar tersebut. Selain itu kelebihan fotografi adalah mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di dalamnya.
Adapun kekurangan dari media gambar atau foto ini adalah : Media ini tidak akan terbaca dengan jelas jika tidak diberi penjelasan yang detail, baik dari segi waktu (hari, tanggal) atau segi kuantitas, jadi gambar tidak bisa mudah terbaca dengan detail jika tidak di dukung dengan teks atau tulisan. Hasil foto / gambar pada umumnya lebih menarik daripada tulisan dan mudah di ingat oleh khalayak yang melihatnya. Selain itu kekurangan fotografi adalah apabila fotografer atau seorang PR tidak bisa mendapatkan gambar/foto dengan baik, maka foto yang dihasilkan tidak bisa menyampaikan pesan yang akan disampaikan.


C.   KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
Dapat disimpukan bahwa, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Salah satu kelebihan fotografi adalah mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di dalamnya. Sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual dimana oleh orang-orang PR dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang PR ketika membuat artikel-artikel tertentu.
Persiapan yang matang sangat diperlukan bagi seorang PR dalam sebuah pendokumentasian kegiatan atau momen-momen, mulai dari peralatan, skill, riset, analisis data, wawancara, konsep pemotretan, proses penciptaan atau proses produksi media komunikasi visual dengan fotografi. Semua itu harus dilakukan dan dipersiapkan untuk meminimalisir kemungkinan melesetnya target produksi media komunikasi visual dengan menggunakan fotografi.
  1. Saran
Melihat perkembangan komunikasi yang semakin meningkat, membuat seorang Public Relations harus dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang digunakan, baik dengan menggunakan komunikasi interpersonal maupun dengan menggunakan komunikasi massa melalui media fotografi. Dalam proses komunikasi, diharapkan seorang Public Relations dapat mengetahui kondisi atau situasi, tempat, dan lain sebagainya agar pesan yang akan disampaikan dari foto tersebut dapat diterima dengan baik.
Kepekaan terhadap lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membuat sebuah karya fotografi essay. Pencarian dan pengembangan sebuah ide bisa berangkat dari pengamatan kejadian sehari-hari yang ada dilingkungan, berawal dari pengamatan kemudian diolah menjadi sebuah karya fotografi essay. Pendokumentasian suatu objek, event, atau elemen kehidupan yang terjadi dan mungkin tidak selalu aktual.  Terkadang tema dari sebuah fotografi essay bermula dari peristiwa yang tidak aktual dan bahkan menjadi aktual setelah peristiwa itu direpresentasikan dalam bentuk karya foto.
Bebarapa hal yang bisa disarankan untuk siapa saja yang ingin mencoba untuk membuat sebuah karya fotografi essay antara lain:
1.    Pemahaman tentang ide dan gagasan yang akan dipilih sebagai tema dipelajari sebaik mungkin untuk memudahkan seorang Public Relations membuat alur cerita dan konsep pemotretan.
2.    Sebaiknya mencari dan mempelajari referensi beberapa struktur bentuk cerita dan berbagai gaya pengemasan karya fotografi essay.  Hal ini dimaksudkan untuk membuat ciri khas pada setiap karya foto yang akan di produksi untuk memberikan nilai pendidikan, komersil, dan hiburan.
3.    Pada saat pemotretan dilakukan pengarahan terlebih dahulu kepada seluruh talent dan crew yang terlibat.
4.    Peralatan teknis yang digunakan sebaiknya dipersiapkan jauh-jauh hari agar pada saat pelaksanaan pemotretan tidak terbengkalai
 

DAFTAR PUSTAKA

Devereaux, Leslie., Hilman, Roger., Field of Vision : Essay in Film Studies, Visual Anthropology, and Photography, University Of California Press, Berkeley/Los Angeles/London, 1995.
M. Lisni, Reza, Fotografi : Sebuah Awal, Anika Bahagia Press, Surabaya, 2005.
Baksin, Askurifai., Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006.
Anggraeni N., Thomas Alva Edison dan 1001 Temuannya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.
Sedayu, G., Fotografi Jusnalistik sebagai Media Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2008.
Rumanti, Sr. Maria Assumpta., Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktik. PT Grasindo, Jakarta, 2005
Bill Kovack, Tom Reserntiel., The Element Of Jurnalism, Crown Publisher, New York, 2001.
Iskandar Muda, Deddy., Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003.
Koencoroningrat., Pengantar Ilmu Antropologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Hapiz Hilman A., Perkembangan Fotografi Di Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, 2008.


DAFTAR PUSTAKA ON-LINE


2 comments:

  1. Wow..
    bagus nih mas...sangat bermanfaat buat saya
    thangss share nyaa...


    ReplyDelete


perjalanan