Sunday, July 29, 2012

FOTO JURNALISTIK

FOTO JURNALISTIK

Sejarah Foto Jurnalistik

Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sangat singkat. Setelah media massa cetak yang berbentuk suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu. Alat itu disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang kemudian secara umum disebut kamera. Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam surat kabar.

Tahun 1839 pada saat itu fungsi foto dipakai sebagai dokumentasi keluarga menggantikan lukisan realis yang harganya lebih mahal.
Tahun 1842 sebuah Koran di Inggris “ The Illustrated London News” menurunkan laporan tentang percobaan pembunuhan Ratu Victoria yang gagal. Koran ini memuat visual adegan itu, namun karena teknologi fotografi belum memungkinkan memperbanyak gambar maka visualnya dibuat secara grafis yaitu dengan litografi dan etsa.
Tahun 1860 koran Harpers Weekly memuat potret diri Abraham Lincoln dengan teknik cukil kayu, yang dibuat berdasarkan foto yang ada. Tentu saja wajah Lincoln menjadi terbalik.
Tahun 1928 sebuah koran di New York “Daily News” memuat foto yang menggemparkan yakni foto hukuman mati Ny Snyder di kursi listrik. Sebenarnya peristiwa ini tidak boleh difoto, tetapi Wartawan foto, Tom Howard tidak kurang akal, dia menyiapkan kamera kecil yang dipasang tersembunyi pada kakinya, dan ketika hukuman mati dilaksanakan dia menekan kabel relaise sambil menaikkan celana panjangnya. Salah satu dari 3 foto yang berhasil dia jepret, terpampang di halaman depan Koran tersebut.

Sebelum Indonesia merdeka
Dipelopori oleh IPPHOS (Indonesian Press Photographic Service) yaitu sebuah perusahaan swasta yang mendokumentasi perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Perusahaan ini didirikan oleh 2 orang bersaudara yaitu Alex Mendur dan Frans Mendur yang sekaligus fotografernya pada tahun 1945-46. Selain itu Lembaga Kantor Berita Antara yang berdiri tahun 1937 yang dulunya hanya berjualan berita teks, pada tahun 1945 mulai menjual foto-foto berita hingga hari ini.
Sekarang
Menjelang kejatuhan Suharto, dan  mendekati jejak pendapat mengenai Timor-timur, banyak kantor berita luar negeri yang membuka kantornya di jakarta. Yang bertahan sampai saat ini: Reuters, AFP, AP (Associated Press), EPA

Foto jurnalistik merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi, tetapi tidak begitu saja sebagai foto berita dan tidak harus diberitakan di media massa.
            Foto berita biasanya dibuat berdasarkan penugasan dari sebuah media massa, tetapi foto jurnalistik tidak harus ada penugasan.
            Maka  ada istilah Press Photo (foto berita) dan Photojournalist (foto jurnalis). Press Photo merupakan industri, tetapi photojournalist lebih ke cara.
            Foto jurnalis bukan sebagai “tukang foto” tetapi bagaimana foto yang kita buat bernilai lebih. Maka seorang foto jurnalis dituntut harus kreatif, tidak begitu saja percaya pada satu informasi (riset mendalam), dan yang lebih penting lagi konsisten.
            Spot News : Hangat, tak dituntut oleh artistik dan komposisi, yang paling penting foto peristiwa tersebut
Feature : Foto cerita dibalik berita, bertujuan untuk kedalaman suatu peristiwa, seperti foto-foto di majalah national geographic. Pada perkembangannya menjadi foto essay
World Press Photo membagi 9 kategori ditambah 2 kategori khusus :
  1. Spot News : Peristiwa yang tidak terencana dan tidak mungkin direncanakan
  2. General News : Sekumpulan foto dari sebuah peristiwa yang direncanakan
  3. People in The News : Foto orang atau kelompok orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian
  4. Portrait : Tokoh publik/ selebritis atau bisa juga masyarakat umum
  5. Daily Life : Menggambarkan keragaman kehidupan sehari-hari
  6. Sport  : foto-foto Olah Raga baik yang action maupun feature
  7. Arts and Entertainment : foto peristiwa kesenian tertentu baik lukis, teater, musik, tari, arsitek maupun busana
  8. Science and Technology : Foto-foto perkembangan menarik dalam ilmu dan teknologi
  9. Nature : Foto-foto mengenai lingkungan, baik flora maupun fauna, serta ekologi.
  10. Contemporary Issue : foto-foto dengan issue kontemporer, saat ini menyita perhatian dunia
  11. Honorable mention : Foto-foto yang punya kekhasannya sendiri

1 comment:

  1. ditunggu tulisan-tulisan berikutnya...saya suka ini

    ReplyDelete


perjalanan