FOTO
JURNALISTIK
Sejarah Foto
Jurnalistik
Terdapat beberapa pengertian
mengenai fotografi jurnalistik yang dikemukakan oleh para ahli fotografi.
Menurut Hanapi yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan
fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia.
Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi
jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.
Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau
bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto.
Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta
menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti
visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga
kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sangat singkat. Setelah
media massa cetak yang berbentuk suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana
bisa melihat peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu.
Harapan itu menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan penemuan
alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat temuan
Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan dibelakang
diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu. Alat itu
disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang kemudian secara umum
disebut kamera. Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana
memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam surat
kabar.
Tahun 1839 pada saat itu fungsi foto
dipakai sebagai dokumentasi keluarga menggantikan lukisan realis yang harganya
lebih mahal.
Tahun 1842 sebuah Koran di Inggris “ The
Illustrated London News” menurunkan laporan tentang percobaan pembunuhan Ratu
Victoria yang gagal. Koran ini memuat visual adegan itu, namun karena teknologi
fotografi belum memungkinkan memperbanyak gambar maka visualnya dibuat secara
grafis yaitu dengan litografi dan etsa.
Tahun 1860 koran Harpers Weekly memuat
potret diri Abraham Lincoln dengan teknik cukil kayu, yang dibuat berdasarkan
foto yang ada. Tentu saja wajah Lincoln menjadi terbalik.
Tahun 1928 sebuah koran di New York
“Daily News” memuat foto yang menggemparkan yakni foto hukuman mati Ny Snyder
di kursi listrik. Sebenarnya peristiwa ini tidak boleh difoto, tetapi Wartawan
foto, Tom Howard tidak kurang akal, dia menyiapkan kamera kecil yang dipasang
tersembunyi pada kakinya, dan ketika hukuman mati dilaksanakan dia menekan
kabel relaise sambil menaikkan celana panjangnya. Salah satu dari 3 foto yang
berhasil dia jepret, terpampang di halaman depan Koran tersebut.
Sebelum
Indonesia merdeka
Dipelopori oleh IPPHOS (Indonesian Press
Photographic Service) yaitu sebuah perusahaan swasta yang mendokumentasi
perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Perusahaan ini didirikan oleh 2
orang bersaudara yaitu Alex Mendur dan Frans Mendur yang sekaligus
fotografernya pada tahun 1945-46. Selain itu Lembaga Kantor Berita Antara yang
berdiri tahun 1937 yang dulunya hanya berjualan berita teks, pada tahun 1945 mulai
menjual foto-foto berita hingga hari ini.
Sekarang
Menjelang kejatuhan Suharto, dan mendekati jejak pendapat mengenai
Timor-timur, banyak kantor berita luar negeri yang membuka kantornya di
jakarta. Yang bertahan sampai saat ini: Reuters, AFP, AP (Associated Press),
EPA
Foto jurnalistik merupakan salah satu
cara untuk menyampaikan informasi, tetapi tidak begitu saja sebagai foto berita
dan tidak harus diberitakan di media massa.
Foto berita biasanya dibuat
berdasarkan penugasan dari sebuah media massa, tetapi foto jurnalistik tidak
harus ada penugasan.
Maka
ada istilah Press Photo (foto berita) dan Photojournalist (foto
jurnalis). Press Photo merupakan industri, tetapi photojournalist lebih ke
cara.
Foto jurnalis bukan sebagai “tukang
foto” tetapi bagaimana foto yang kita buat bernilai lebih. Maka seorang foto
jurnalis dituntut harus kreatif, tidak begitu saja percaya pada satu informasi
(riset mendalam), dan yang lebih penting lagi konsisten.
Spot News
: Hangat, tak dituntut oleh artistik dan komposisi, yang paling penting foto
peristiwa tersebut
Feature
: Foto cerita dibalik berita, bertujuan untuk kedalaman suatu peristiwa,
seperti foto-foto di majalah national geographic. Pada perkembangannya menjadi
foto essay
World Press Photo membagi 9 kategori
ditambah 2 kategori khusus :
- Spot News : Peristiwa yang tidak terencana dan tidak mungkin direncanakan
- General News : Sekumpulan foto dari sebuah peristiwa yang direncanakan
- People in The News : Foto orang atau kelompok orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian
- Portrait : Tokoh publik/ selebritis atau bisa juga masyarakat umum
- Daily Life : Menggambarkan keragaman kehidupan sehari-hari
- Sport : foto-foto Olah Raga baik yang action maupun feature
- Arts and Entertainment : foto peristiwa kesenian tertentu baik lukis, teater, musik, tari, arsitek maupun busana
- Science and Technology : Foto-foto perkembangan menarik dalam ilmu dan teknologi
- Nature : Foto-foto mengenai lingkungan, baik flora maupun fauna, serta ekologi.
- Contemporary Issue : foto-foto dengan issue kontemporer, saat ini menyita perhatian dunia
- Honorable mention : Foto-foto yang punya kekhasannya sendiri
ditunggu tulisan-tulisan berikutnya...saya suka ini
ReplyDelete