Menulis
Berita Untuk Televisi
Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima begitu
saja. Kendati demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang membentuk cara
berpikir kita tentang dunia.[1]
Perkembangan televisi sebagai media massa begitu pesat dan sangat dapat
dirasakan manfaatnya. Dalam waktu yang relatif singkat, televisi dapat
menjangkau wilayah dan jumlah penonton yang tidak terbatas.[2]
Dewasa ini televisi telah menjadi salah satu bentuk media komunikasi sosial
yang populer dan berkembang luas di masyarakat.
Terutama dalam masyarakat industri maju, situasi nyaris sangat universal
hampir setiap rumah memiliki lebih dari satu pesawat televisi.
Media televisi adalah media yang kompleks. Tidak seperti
radio atau media cetak, pemirsa harus bergulat dengan gambar yang bergerak
dengan cepat an suara sebagai tambahan bagi informasi faktual yang disampaikan
melalui voice over reporter dan beragam sync atau soundbite. Karena itu penting
bagi jurnalis televisi untuk menghindari pembebanan yang lebih berat melalui
bahasa yang rumit atau voice over yang terlalu banyak.
Peraturannya adalah : coba untuk membuatnya sesederhana
dan semanusiawi mungkin. Mengudaralah untuk bisa dimengerti rakyat kecil, dan
bukan untuk para profesor. Dengan begitu kita bisa membuat semua pihak, mulai
dari rakyat kecil hingga para profesor, merasa senang.
Beberapa prinsip jurnalistik yang diterapkan di radio
atau media cetak terkadang dapat menjadi penghalang bagi mereka yang belum
berpengalaman menulis untuk televisi. Banyak reporter yang ternyata sulit untuk
meninggalkan gaya menulis koran, ketika ia pindah bekerja di televisi. Menulis
untuk televisi jelas berbeda dengan menulis untuk koran atau media lainnya,
menulis naskah televisi yang baik memerlukan keahlian yang membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menguasainya.
Perbedaan utama reporter televisi dengan reporter media
lainnya dalam menulis naskah berita terletak pada faktor gambar atau visual
yang harus diperhitungkan seorang reporter televisi ketika ia menulis naskah
berita. Seorang reporter televisi harus mempertimbangkan gambar-gambar yang
akan digunakannya sebelum ia menulis naskah berita. Gambar-gambar itu akan
menentukan cara reporter menulis berita untuk televisi, dan hal itu tidak
ditemui pada reporter media lainnya. Jadi narasi atau skrip berita itu hanya
sebagian dari berita televisi sedangkan sebagian lainnya adalah gambar, keduanya
sama pentingnya dan saling mengisi. Seorang reporter televisi harus menulis
berdasarkan gambar (write to video).
Adanya gambar atau visual ini sebenarnya sangat membantu
pekerjaan reporter ketika menulis naskah berita. Reporter televisi tidak perlu
menjelaskan segala sesuatunya dengan terlalu rinci karena sebagian besar fakta
telah dijelaskan dengan gambar. Karena itu penting bagi reporter televisi untuk
menghindari pembenanan naskah yang terlalu panjang atau bahasa yang rumit.
Inilah salah satu perbedaan prinsip antara jurnalisme televisi dan jurnalisme
media lainnya.
Prinsip utama ketika menulis naskah beriat televisi
adalah bahasa yang sederhana. Pada pokoknya semakin sederhana suatu naskah
berita amka akan semakin baik. Bahasa yang sederhana akan dimengerti semua
orang. Stasiun televisi CNN menyatakan bahwa berita itu harus : “to be
understood by the truck driver while not insulting the professor’s
intelegence,” (berita harus dapat dimengerti oleh sopir truk namun tanpa harus
merendahkan kecerdasan sang profesor). Pada pokoknya, reporter dan penulis
naskah berita harus berusaha menulis narasinya semenarik mungkin sesuai dengan
isi dan esensi berita yang disampaikan.
Penonton televisi menggunakan dua indranya sekaligus,
yaitu mata dan telinga ketika menonton berita televisi. Tidak demikian halnya
dengan media lainnya yang hanya menggunakan salah satu dari kedua indra
tersebut. Pada saat menonton televisi mata menerima gambar yang muncul di
layar, dan telinga menangkap suara apapun yang keluar dari televisi. Apa yang
diterima oleh mata dam apa yang diterima oleh telinga pada prinsipnya harus
sinkron, seiring sejalan, saling mengisi, dan saling menjelaskan. Jika apa yang
diterima kedua indra tersebut tidak cocok atau saling bertentangan, maka akan menimbulkan
kebingungan. Jika apa yang disebutkan dalam naskah tidak sesuai dan tidak
sejalan dengan gambar yang dilihat , maka hal itu merupakan gangguan bagi
penonton.
Secara umum terdapat sejumlah tips yang bisa digunakan
dalam menulis berita untuk televisi secara umum, yaitu :
- Gunakan kata-kata sederhana.
- Hindari penggunaan kalimat rumit dengan anak kalimat.
- Hindari komplikasi yang tak perlu. “undang-undang penyiaran” lebih baik daripada “pasal 22 ayat 1 dalam undang-undang penyiaran”.
- Gunakan bahasa percakapan (menceritakan, bukan menulis).
- Hindari kata sifat, karena gambar sudah bisa mewakili
- Hindari opini.
- Tinggalkan semua kecuali hanya fakta-fakta penting.
- Hindari bahasa resmi. Dokumen atau laporan resmi tidak dapat diterjemahkan untuk televisi.
- Hindari kata-kata klise.
- Kapan pun dimungkinkan, sederhanakan fakta dan angka. Sebagai contoh : “Jumlah korban gempa bumi mendekati seribu orang”, lebih baik daripada “Jumlah korban gempa bumi berjumlah sembilan ratus sembilan puluh lima”
Ragam Bahasa Tutur
Seperti juga jurnalistik cetak, maka jurnalistik
elektronik juga menggunakan standar Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Bahasa
Indonesia. Tapi karena jurnalistik elektronik, baik televisi maupun radio
memiliki sifat intimacy (kedekatan/intim) maka bila media cetak menekankan pada
aspek bahasa formal, media radio atau
televisi menekankan pada aspek bahasa informal. Bila bahasa formal diartikan
sebagai bahasa tulis yang kaku dan tidak menimbulkan intimacy kecuali dalam penulisan khas seperti feature, maka bahasa
informal merupakan bahasa tutur yang memungkinkan terjadinya kontak antara
komunikator dalam hal ini news anchor, dengan komunikan (audience).
Dalam
penggunaan Bahasa Indonesia di bidang jurnalistik diberlakukan ketentuan
ekonomi kata, dimana kata-kata yang dianggap mubazir ditiadakan. Kata mubazir adalah kata dalam susunan
kalimat yang jka dihilangkan tidak akan mengubah makna dari kalimat itu.
Dalam
menyusun naskan berita televisi dan radio perlu diperhatikan pendapat sejumlah
tokoh, yaitu :
- Soren H Munhoff dalam The Five Star Approach to News Writing, ”penyusunan naskan untuk karya jurnalistik harus tepat, ringkas, jelas, sederhana, dan dapat dipercaya”.
- Irving E. Fang tentang ELF (Easy Listening Formula), ”susunan kalimat yang kalau diucapkan, enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama.”. Agar susunan kalimat memenuhi formula ELF, perlu diusahakan tiap kalimat tidakmenggunakan lebih dari 20 kata.
Askurifai Baskin dalam buku Jurnalistik Televisi Teori
dan Praktik menyebut beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan jika menyusun naskah karya jurnalistik
penyiaran, yaitu :
- Pilih kata yang tepat dan pendek. Misalnya kata ’meninggal seketika’ dan ’tewas’, pilih kata ’tewas’.
- Hilangkan kata yang mubazir. Kata mubazir adalah kata yang bila dihapus atau ditiadakan, tidak akan mengubah pengertian atau makna kalimat.
- Gunakan selalu kalimat aktif.
- Hindari penggunaan kata-kata asing. Jika bersifat teknis dan terpaksa digunakan, harus dijelaskan maknanya.
- Jangan gunakan kalimat klise pada awal naskah. Kalimat klise adalah kalimat yang maknanya sudah bersifat umum.
- Hindari penggunaan kalimat majemuk.
Dalam jurnalistik televisi, struktur bahasa yang
digunakan penyiar berita biasanya lebih bersifat formal dibandingkan oleh
reporter penyaji berita saat menyampaikan berita secara langsung (live on
screen).
Contoh dalam naskah berita penyiar:
”Kebakaran melanda kawasan Serpong Tangerang,
menyebabkan 20 orang tewas, 31 orang luka-luka dan 300 keluarga kehilangan
tempat tinggal. Untuk mengetahui laporan selengkapnya, berikut laporan reporter
kami langsung dari lokasi kejadian.”
Reporter
on screen :
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun bahasa tutur :
- Struktur kalimat informal.
- Pilih kata yang sederhana.
- Susunan kalimat ringkas dan sederhana.
- Makna kata dan kalimat mudah dipahami.
- Berpegang pada prinsip easy listening yang maknanya enak didengar, dan mudah dipahami pada pendengaran pertama.
- Tidak menyajikan isi pesan secara terperinci karena pesan hanya didengar sekilas oleh khalayak.
Soewardi Idris merumuskan beberapa tip bahasa untuk
penulisan berita televisi, yaitu :
- Sederhana, tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal oleh rata-rata penonton. Kata-kata asing yang kita temui di surat kabar dapat kita cari artinya dalam kamus, tetapi kata-kata asing yang tidak dipahami dalam berita televisi tidak mungkin kita cari dalam kamus karena berita dibacakan tanpa menunggu kita.
- Kalimat-kalimat pendek, langsung pada sasaran dan tidak berbelit-belit. Sebab bilakalimat-kalimat panjang di media cetak bisa kita baca berulang-ulang untuk kita pahami, tapi kalimat-kalimat pada berita televisi tidak bisa direnungi untuk memahami maknanya, karena pembaca berita tidak berhenti.
Menulis Voice Over (VO)
Menulis
berita pada dasarnya adalah proses merangkum dan memilih sejumlah fakta
terpenting yang akan membantu reporter atau penulis naskah untuk mengungkapkan atau
menceritakan suatu peristiwa. Menulis naskah voice over menjadi tantangan
terbesar bagi seorang jurnalis televisi yang belum berpengalaman, karena
prinsip yang diterapkan di radio atau media cetak kadangkala dapat menjadi
penghalang ketika menulis untuk TV. Menulis voice over yang baik memerlukan
keahlian yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menguasainya. Beberapa
jurnalis TV bahkan ada yang tidak pernah
mencapainya.
Hubungan
antara voice over reporter dan sync tidak boleh membingungkan. Dalam voice over,
kita memberikan fakta tanpa memberikan opini atau sikap. Jika kita menginginkan
adanya pendapat, komentar, atau emosi yang kuat, berikannya pada para pemain di
cerita tersebut, misalnya sync atau soundbite.
Dalam
hal yang sama, sync atau soundbite juga tidak akan memberikan informasi aktual
yang datang dari reporter : reporter memberikan fakta; sync atau soundbite
memberikan komentar tentang fakta tersebut.
Terdapat
sejumlah prinsip yang harus diperhatikan ketika tengah menulis naskah voice over,
yaitu :
- Jangan mengulangi informasi dari intro dalam voice over pertama (misalnya sebelum sync pertama)! Ingatlah bahwa berita dimulai di awal intro dan awal dari voice over merupakan kelanjutannya.
- Jangan menulis pertanyaan untuk voice over. Akan berkesan bahwa kita menuliskan pertanyaan yang sesuai dengan jawabannya. Jika Anda perlu memperdengarkan pertanyaan agar pernyataan yang muncul terkesan masuk akal, gunakan pertanyaan yang terdengar dalam shot yang tampil.
- Jangan memberikan nama orang sebelum sync mereka. Di televisi kita memiliki Aston/Super untuk menghindari praktik seperti ini. Pengecualiannya tentu saja ketika kita menyajikan contoh seorang anggota masyarakat untuk mewakili peristiwa (disebut ’human example’). Dalam kasus ini kita memberikan nama orang tersebut ketika ia pertama kali muncul dalam sekuen set-up.
- Hindari daftar. Jika anda memiliki gambar anak-anak bermain bola, jangan bilang : sepak bola, tennis, golf, voli, dan basket, adalah seluruh olahraga yang dianjukan oleh Kepala Sekolah. Katakan saja ”....beragam olahraga, atau : olahraga seperti sepak bola.
- Jangan mengulang apa yang tampak jelas dalam gambar dengan kata-kata. Bila menampilkan gambar sebuah bendera berkibar setengah tiang katakan : ”Desa ini sedang berduka”, jangan ”Bendera dikibarkan setengah tiang”. Jika sebuah bom menghancurkan sebuah gedung, katakan : ”Ini adalah serangan keempat oleh pengebom dalam beberapa bulan”, jangan ”Para pengebom menghancurkan gedung tersebut”. Tambahkan informasi yang berhubungan.
- Tulislah seringan mungkin, membuat kalimat terbaca dengan singkat dan mudah. Berikan jeda untuk suara asli.
- Selalu coba untuk mengingat bahwa stand up merupakan bagian dari narasi reporter, jadi jangan mengulangi informasi dalam voice over yang mengikuti atau mendahului stand up.
- Jangan menyampaikan informasi yang rumit. Berita televisi tidak bisa memuat lebih dari dua atau tiga pokok pikiran dalam tiap sekuen gambar.
- Jangan terlalu detil dalam voiceover. Misalnya hindari menggambarkan setiap kalimat atau kata. Contoh: Menteri Dalam Negeri (shot mendagri)meminta wakilnya (shot wakilnya) untuk membacakan laporan (shot laporan), yang menekankan masalah kepolisian.(shot polisi) yang disebabkan oleh ketidakmampuan para pendahulunya (shot para pendahulu).
- Ingatlah bahwa voice over terakhir harus mengantarkan ke akhir paket! Coba untuk menghidari klise tak bermakna seperti :”hanya waktu yang akan membuktikan.....” atau ”Kita tunggu saja perkembangannya.”
ditunggu tulisan-tulisan berikutnya...saya jadi punya tambahan referensi...thx
ReplyDeleteRebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
ReplyDeletehingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009